Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
KPU Menghadapi Tantangan Komunikasi di Era Disrupsi Teknologi Digital
Jangan sampai muncul lagi tuduhan KPU gagap dalam menangani setiap persoalan.
Editor: Hasanudin Aco
Bagaimana menjadikan KPU dan publik seperti berada dalam satu jiwa dan raga. Suasana kebatinan itu harus dibangun sejak awal dan berlangsung terus menerus tidak hanya ketika berlangsung tahapan Pemilu.
Menjadikan KPU lembaga yang dicintai rakyat itu hal yang nomor satu. Ketika kepercayaan itu muncul maka sosialisasi tahapan Pemilu akan mudah disampaikan kepada masyarakat. Secara psikologis, dukungan dari masyarakat tersebut juga akan berdampak positif terhadap tingkat partisipasi pemilih jika KPU sebagai pelaksana Pemilu telah mendapatkan ruang di hati masyarakat.
Demikian pula ketika muncul persoalan baru tentang kepemiluan di kemudian hari maka akan mudah mengkomunikasikannya dan istilah 'KPU Gagap' semoga tidak akan muncul lagi di ruang publik. Istilah yang benr-benar sangat tidak elok diberikan kepada KPU karena seolah-olah lembaga penyelenggara Pemilu seperti anak-anak yang tak mampu berkata-kata dan terlihat bodoh menghadapi setiap persoalan.
Sekali lagi, kita tidak menginginkan persoalan baru yang setiap saat bisa muncul dihadapi oleh KPU dengan gagap lagi.
Oleh karena itu Komisioner KPU harus visioner dan adaptif dalam melihat setiap persoalan termasuk persoalan baru yang bisa saja muncul di luar prediksi seperti yang telah disebutkan di atas.
Menjadikan KPU sebagai lembaga panutan dan dicintai masyarakat adalah tujuan kita bersama selain tentu saja harapan kita agar KPU mampu menjadi penyelenggara Pemilu yang mandiri dan independen.
*Hasanuddin Aco: Mahasiswa Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).