Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Perlu Kerjasama dan Kolaborasi Internasional Menghadapi Munculnya Varian Baru Covid-19
Kolaborasi dalam penanganan pandemi mengurangi potensi hilangnya generasi (losing generation) di seluruh dunia
Editor: Eko Sutriyanto
Oleh : Imron Rosyadi Hamid *)
TAHUN lalu, Majalah Foreign Affairs mengangkat topik menarik : The World After The Pandemic dengan menampilkan tulisan Francis Fukuyama berjudul The Pandemic and The Political Order.
Penulis buku laris The End of History and The Last Man (1992) ini membandingkan penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah negara-negara di dunia termasuk Eropa dan Amerika Serikat dengan sebuah kesimpulan : distribusi kekuatan global akan terus bergeser ke Timur dan Asia telah melakukan penanganan pandemi Covid-19 secara lebih baik.
Pakar Politik Internasional dari Stanford University ini juga terang-terangan mengatakan, meskipun Covid-19 muncul dan berasal dari China, tetapi Beijing secara impresif telah mampu mengendalikan situasi dan bergerak pada tantangan berikutnya, memulai kembali percepatan pembangunan ekonominya secara berkelanjutan (2020 : 28).
Data terbaru menunjukkan sejak munculnya Covid-19, China mencatatkan kurang dari 100 ribu kasus dengan jumlah kematian kurang dari 4,7 ribu jiwa.
Masyarakat China yang sudah divaksinasi penuh (fully vaccinated) sebesar 1,11 miliar jiwa atau sekitar 79,2 persen.
Bandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki penduduk kurang dari seperempat negeri tirai bambu kini memiliki total kasus Covid-19 sebesar 49 juta dengan korban meninggal dunia sebesar 787 ribu jiwa.
Baca juga: UPDATE Corona 10 Desember 2021: Kasus Baru Bertambah 192, 311 Orang Sembuh
Penduduk Amerika yang telah divaksinasi penuh baru sekitar 59,7 persen sebuah capaian yang masih di bawah Jepang (77,5 persen), Italia (74,1 persen), Inggris (69,1 persen), Jerman (68,9 persen), Brazilia (64,2 persen) bahkan Thailand (59,8 persen).
Menurut Fukuyama (2020:26) perbedaan capaian penanganan pandemi covid-19 di berbagai negara dipengaruhi oleh tiga faktor utama : kapasitas negara (state capacity), kepercayaan sosial (social trust), dan kepemimpinan (leadership).
Artinya, negara dengan aparatur yang kompeten, pemerintahan yang suaranya didengar rakyat, dan kepemimpinan yang efektif akan mampu mengatasi persoalan pandemi dengan baik.
Sebaliknya, negara dengan aparatur yang tak berfungsi (disfunctional apparatus), rakyat yang terpolarisasi dan kepemimpinan yang lemah akan semakin memperburuk dampak pandemi.
Respon Kedaruratan Cepat dan Terintegrasi
Ketika awal ditemukannya novel coronavirus akhir Desember 2019 hingga ditetapkannya lockdown total di Wuhan 24 Januari 2020, China telah melakukan respon kedaruratan secara cepat dan terintegrasi.
Salah satunya dengan membangun rumah sakit khusus Covid-19 Huoshenshan di Wuhan sebagai upaya melokalisir penyebaran virus mematikan ini ke pasien non Covid.