Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Profil dan Karomah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli, Pengarang Dalailul Khairat

Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli adalah ilmuan yang tekun belajar, banyak menghafal karya-karya Ibnu al-Hajib atau Abu Amr Usman bin Umar bin Abu Bakar

Editor: Husein Sanusi
zoom-in Profil dan Karomah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli, Pengarang Dalailul Khairat
Istimewa
KH. Imam Jazuli, Lc. MA, alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Profil dan Karomah Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli, Pengarang Dalailul Khairat

oleh: KH. Imam Jazuli, Lc. MA*

TRIBUNNEWS.COM - Beliau bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad bin Sulaiman bin Abu Bakar al-Jazuli, atau lebih akrab disebut sebagai Imam Jazuli atau Syeikh Jazuli. Ia lahir di kota Sus tahun 807 Hijriyah dan wafat tahun 870 Hijriyah, dalam usia 63 tahun. Kampung halaman beliau bernama Jazulah (ada yang menyebutnya: Juzulah dan Kazulah), Maghribi (Maroko).

Ada banyak gelar kehormatan yang disandangnya, seperti as-Syarif al-Hasani, yang berarti beliau adalah keturunan Nabi saw dari jalur nasab Hasan bin Ali bin Abi Thalib ra. Selain itu, beliau juga dikenal sebagai Syeikhul Islam 'Ilmul A'lam al-'Alim al-'Amil as-Syeikh al-Kamil al-'Arif billah al-Washil Shahibul Karomat.

Muhammad bin Sulaiman al-Jazuli adalah ilmuan yang tekun belajar, banyak menghafal karya-karya Ibnu al-Hajib atau Abu Amr Usman bin Umar bin Abu Bakar bin Yunus ad-Duwaini al-Asnani, seorang ahli fikih mazhab Maliki, ahli usul fiqh, juga ilmu nahwu dan qira'ah (570-646 H). Selain itu, Syeikh al-Jazuli juga menghafal kitab “al-Mudawwanah” yang berisi tentang fikih mazhab Maliki.

Namun, Ibnu Sulaiman al-Jazuli ini juga banyak belajar dari para imam lain, baik dari disiplin ilmu-ilmu lahiriah maupun ilmu-ilmu batin. Sehingga tidak heran bila murid-murid beliau adalah tokoh-tokoh besar, seperti Ahmad Zarruq, Ahmad bin Umar al-Haritis, Abdul Aziz at-Tubba', dan Abu Abdullah as-Shaghir as-Suhaili. Ketiga murid al-Jazuli ini kemudian melahirkan tokoh besar lain, seperti Al-'Arifbillah al-Quthb Abu Abdillah Muhammad bin Isa al-Miknasi (w. 933 H).

Dalam hal pendidikan, pada mulanya, Syeikh al-Jazuli ini belajar di kampung halamannya, kemudian merantau ke kota Fes, mempelajari ilmu-ilmu syariat, seperti tafsi al-Quran, Hadits, Fikih dan Ushul Fikih. Di Kota Fes inilah, Syeikh al-Jazuli mulai menghafalkan kitab-kitab Ushul Fikih dan Kanon-kanon mazhab Malikiyah. Namun, Syeikh al-Jazuli suka melakukan pengembaraan dalam mencari ilmu.

Berita Rekomendasi

Beliau menghabiskan waktu 40 tahun kemudian untuk merantau ke kota-kota suci, seperti Makkah al-Mukarromah, Madinah al-Munawwarah, dan al-Quds Palestina. Baru setelah menuntanskan masa pengembaraannya ini, beliau kembali lagi ke kota Fes, dan di sanalah menyelesaikan penulisan kitab Dalailul Khairat.

Ibnu Sulaiman al-Jazuli ini melahirkan banyak karya, selain Dalailul Khairat yang terkenal, juga ada Hizbul Falah dan Hizbul Jazuli. Manuskrip Dalailul Khairat ini memiliki banyak versi, karena jalur-jalur periwayatan yang berbeda-beda. Namun, riwayat yang paling mu'tabar (valid) adalah manuskrip versi Abu Abdullah as-Shaghir as-Suhaili, salah satu murid terkenalnya.

Mengingat Syeikh Ibnu Sulaimin al-Jazuli ini adalah tokoh besar, tentu memiliki ribuan murid, bahkan ada yang menyebutnya sampai mencapai angka 12.000 santri. Para pengikutnya di kemudian hari dikenal dengan sebutan "Jazuliyah" atau pengikut Sulaiman al-Jazuli. Dalam bidang tasawuf, komunitas Jazuliyah ini mengikut aliran tarekat Syadziliyah.

Syeikh Imam al-Jazuli sendiri memang pengikut aliran tarekat Syadziliyah, karena beliau adalah murid dari Syeikh Abu Abdullah Muhammad bin Abu Ja'far Ishaq bin Muhammad Amghar, seorang syeikh besar dari kalangan Bani Amghar. Kata Amghar ini berarti sebuah kota besar. Namun, di sini dimaksudkan sebagai Al-Ab al-Akbar, "Ayah Agung," sebuah gelar kehormatan bagi seorang yang telah mencapai tingkat kebatinan luar biasa tingginya.

Di kemudian hari, bagi para pengikutnya, Syeikh Imam al-Jazuli juga diberi gelar "Amghar as-Shaghir", karena dinilai sebagai penerus gurunya yang bergelar "Amghar al-Kabir".

Setelah cukup belajar secara teoritis tentang tarekat Syadziliyah, Syeikh al-Jazuli ini pun menjalani masa-masa pengasingan diri atau 'Uzlah. Masa yang dihabiskan untuk 'Uzlah ini selama 10 tahun. Selesai masa Uzlah, ia pun keluar menuju Safi, sebuah kota yang terletak di sebelah barat Maroko. Di kota Safi inilah, Syeikh al-Jazuli mulai mengajar dan menyebarkan pengetahuannya.

Dari sekian banyak murid, ada yang mengarang profil lengkap beliau, seperti Syeikh Muhammad al-Mahdi bin Ahmad bin Ali al-Fasi dengan kitabnya yang berjudul "Mamta' al-Asma' fi al-Ta'rif bis Syeikh al-Jazuli". Profil Sulaiman al-Jazuli ini juga direkam dalam kitab "Syajarah al-Nur al-Zakiyah fi Tabaqat al-Malikiyah" karangan Muhammad Makhluf, serta kitab "Dzail Wafiyat al-A'yan" karangan Abul Abbas Ahmad bin Muhammad al-Miknasi (960-1025 H).

Halaman
12
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas