Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Resep Rahasia 90 Santri Bina Insan Mulia Cirebon Tembus Universitas Tertua Dunia Tahun Ini
Dari data yang disampaikan ke saya, Pesantren Bina Insan Mulia tahun ini berhasil mengirim 90 santrinya masuk ke universitas tertua.
Editor: Husein Sanusi
Resep Rahasia 90 Santri Bina Insan Mulia Tembus Universitas Tertua Dunia Tahun Ini
Oleh: Dr. HC. Ubaydillah Anwar | Heart Intelligence Specialist
TRIBUNNEWS.COM - “80% kesuksesan langkah Anda dalam mencapai keberhasilan ditentukan oleh strategi ketimbang keahlian (job skill),” demikian ungkapan yang diperas dari pengalaman para CEO kelas dunia.
Ketika saya diminta memberikan bekal soft skills kepada santri-santri Bina Insan Mulia yang hendak berangkat ke Al-Azhar Kairo, Minggu 9 Januari kemarin, saya merasa ungkapan di atas juga pas untuk menggambarkan kiprah Pesantren Bina Insan Mulia selama ini.
Dari data yang disampaikan ke saya, Pesantren Bina Insan Mulia tahun ini berhasil mengirim 90 santrinya masuk ke universitas tertua kedua di dunia itu. Angka tersebut menempatkan Pesantren Bina Insan Mulia sebagai pengirim terbanyak tahun ini dari Indonesia.
Tak hanya itu yang menjadi kesyukuran KH. Imam Jazuli, Lc, MA selaku Pengasuh. Seluruh santri tersebut juga telah lolos dari tes bahasa oleh lembaga Syaikh Zaid sebagai perwakilan Al-Azhar di Jakarta. Artinya, mereka bisa langsung masuk kuliah tanpa mengikuti program adaptasi bahasa lebih dulu.
Meski usia Pesantren Bina Insan Mulia masih sangat muda, namun santri-santrinya sudah ratusan yang melanjutkan kuliah di beberapa universitas ternama di kawasan Timur Tengah, Asia, dan Eropa. Memang, secara jumlah, paling banyak masih di Universitas Al-Azhar Mesir.
Resep Rahasia Pesantren Bina Insan Mulia
Tak bisa dipungkiri bahwa Universitas Al-Azhar masih menjadi primadona dunia, termasuk pesantren Indonesia. Di samping sistem kelembagaan yang sudah teruji secara usia, Al-Azhar juga sudah menelorkan banyak alumni yang berkiprah di masyarakat.
Dulu, sekian puluh tahun lalu, untuk masuk ke Universitas Al-Azhar, biasanya seorang santri perlu menyiapkan bekal keilmuan bertahun-tahun di sini. Rata-rata di atas 7-9 tahun. Itupun jarang yang langsung bisa diterima untuk mengikuti kuliah. Harus pendidikan bahasa lebih dulu.
Di samping itu, mereka yang berangkat ke Al-Azhar, rata-rata anak orang kaya, atau kaya raya di sini, atau anak seorang tokoh. Sebut saja misalnya KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH. Mustofa Bisri (Gus Mus), atau Kiai Syukri Zarkasyi.
Tapi dengan melihat bukti-bukti yang dicapai Pesantren Bina Insan Mulia empat tahun terakhir, saya katakan realitas baru telah hadir. Anak yang lahir di dusun, dengan orangtua yang bekerja sebagai pedagang keliling, petani, buruh tani, buruh pabrik dan nyantri di Bina Insan Mulia hanya 3 tahun, telah banyak yang berkuliah di Universitas Al-Azhar Mesir dan universiats lain di Tunisia, Tukey, Oman, dan lain-lain.
Artinya, telah terjadi revolusi mindset (pola berpikir) dan heartset (pola hati) yang berhasil dilakukan oleh Pesantren Bina Insan Mulia terhadap wali santri dan para santri. Lalu, apa resep rahasianya?
Saya kira, untuk resep rahasia ini, ada beberapa resep yang hanya diketahui oleh KH. Imam Jazuli dan Allah SWT saja. “Pokoknya, siapa saja yang anaknya ingin menjadi santri, lalu ingin belajar ke luar negeri, dan punya idialisme yang tinggi, jadikan Pesantren Bina Insan Mulia sebagai pilihan utama,” jelas Kiai Jazuli dalam sebuah acara.