Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Timbun di Sini, Jual di Sana, Pamer di Sana Sini
Baik ibu pemilik warung kecil di belakang rumah saya maupun pedagang besar yang dianggap menimbun minyak goreng sama-sama memakai perhitungan
Editor: Daryono
Oleh: Xavier Quentin Pranata, pelukis kehidupan di kanvas jiwa
TRIBUNNEWS.COM - “Saya terpaksa harus menjual minyak dengan harga lama. Soalnya, kalau saya jual dengan HET, saya rugi Bu,” ujar pemilik warung kecil kepada istri saya.
“Saya baru akan menjual harga sesuai ketetapan pemerintah kalau stock saya habis. Soalnya, saya kulakan sudah dengan harga yang tinggi,” lanjutnya dengan nada sedih.
Saya yang biasa jalan kaki bersama sang suami, maklum. Mereka sudah pensiun. Warung kecil itu merupakan sumber penghasilan utama mereka. Dilihat dari ukuran warungnya, saya percaya, ibu itu bukan tipe orang yang mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
“Jualannya lebih murah dari di pasar kok,” ujar istri saya.
Baca juga: Sekjen PDIP: Masalah Minyak Goreng Akan Jadi Bahan Evaluasi Jokowi dalam Melakukan Reshuffle
Laporan istri saya di pagi hari itu membuat saya bingung dengan kebijakan pemerintah yang bikin rakyat gonjang-ganjing. Kebijakan yang berubah-ubah dalam waktu singkat membuat pedagang sampai konsumen kelimpungan.
Saat HET ditetapkan 14 ribu, tiba-tiba saja rak di supermarket sampai pasar tradisional kosong migor. Saat HET dilepas ke pasar, minyak goreng kemasan langsung melimpah, namun migor curah jadi langka. Debat adanya mafia migor pun terus digoreng.
Kebijakan pemerintah bahwa mereka yang divaksin booster dapat minyak goreng—meskipun masih terbatas di sejumlah wilayah—merupakan kabar gembira. Apalagi ‘sudah divaksin booster’ merupakan syarat mudik. Kali ini kita harus beri acungan jempol. Hebat!
Beda Habitat, Beda Tabiat
Di WAG banyak berseliweran video yang bukan saja menghibur melainkan menyengat hati nurani. Seseorang menurunkan jeruk satu keranjang penuh yang langsung diserbu puluhan kera yang ada di tempat itu. Menariknya, kera itu hanya ambil satu lalu pergi dan membiarkan kera lain mengambil bagiannya.
Di akhir video, tampak sekumpulan manusia yang sedang prasmanan. Mereka berebutan makanan sampai tumpah ke mana-mana. Ada yang menambahkan tulisan di akhir video: “Mana yang lebih beradab?”
Saat baru kembali dari Australia, seorang ibu mentraktir saya makan all you can eat di sebuah hotel berbintang. Ketika melihat saya mengambil sea food secukupnya, dia berkata, “Ambil yang banyak, biar nggak rugi.”
“Kalau saya makan banyak dan kolesterol jahat saya meningkat, siapa yang rugi?” Jawaban saya itu membuat ibu itu tersenyum kecut.
Baik ibu pemilik warung kecil di belakang rumah saya maupun pedagang besar yang dianggap menimbun minyak goreng sama-sama memakai perhitungan untung-rugi. Itu hal yang biasa di dunia usaha. Perbedaannya bukan hanya terletak pada jumlah yang ditimbun tetapi dampaknya.