Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Jangan Ambil Kesempatan untuk Menari di Kasus Pengeroyokan Ade Armando, Publik Sudah Cerdas
Apa betul itu group relawan Anies? Kapan dibuatnya? Disinilah perlunya polisi membongkarnya. Gak boleh dibiarkan sebagai instrumen politik.
Editor: Malvyandie Haryadi
Oleh:
Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
TRIBUNNERS - Pertama-pertama kita harus mengucapkan bela sungkawa, sedih dan prihatin terhadap kejadian yang menimpa Ade Armando.
Peristiwa yang tidak pantas, dan seharusnya tidak boleh terjadi di negeri beradab seperti Indonesia. Cukup sekali ini saja, jangan lagi terulang.
Kedua, kita serahkan kasus ini kepada pihak kepolisian.
Bahwa negara kita negara hukum, semua kesus harus diselesaikan melalui jalur hukum.
Kita percayakan kepada pihak kepolisian untuk mengusut dan menyelesaikan dengan tuntas, tegas, adil dan transparan.
Dan polisi saat ini sedang bekerja. Mari kita dukung dan kita support.
Jangan justru ada pihak-pihak yang mengganggu kinerja polisi ini dengan membuat pernyataan-pernyataan kontroversial yang justru akan menambah kegaduhan dan ketegangan.
Ketiga, peristiwa ini jangan pula dipolitisir, dibawa kemana-mana, dikait-kaitkan dengan hal-hal yang sesungguhnya tidak terkait.
Jangan menunggangi kasus Ade Armando ini sebagai obyek politik.
Baca juga: Eddy Soeparno Disomasi Pihak Ade Armando, MKD: Anggota DPR Itu Punya Kekebalan Hukum
Keempat, kasus Ade Armando ini harus menjadi pelajaran bersama untuk kedepan agar tidak ada lagi kekerasan: baik verbal, apalagi fisik.
Kekerasan verbal berpotensi menciptakan kekerasan fisik yang bisa menimbulkan konflik sosial ketika melibatkan kelompok.
Mengkait-kaitkan peristiwa Ade Armando dengan Anies Baswedan, tanpa berniat membuktikan secara hukum dengan melaporkan ke polisi, ini tentu tidak gentle dan tidak fair.
Sikap pengecut seperti ini tak lebih dari upaya "Black Campaign" yang selama ini dijadikan sebagai strategi politik murahan dengan mengabaikan aspek nilai dan etika yang seharusnya dijaga dan dijunjung tinggi di negeri bermartabat ini.