Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Salam Haru Camat 'Susah' untuk Semua Pimpinan TNI

Nama aslinya Susah. Ya, “SUSAH” adalah nama lahir Camat Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in Salam Haru Camat 'Susah' untuk Semua Pimpinan TNI
Ist
Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo dan rombongan di Enggano. 

Catatan Perjalanan Egy Massadiah (Bag 4 - Selesai)

TRIBUNNERS - Nama aslinya Susah. Ya, “SUSAH” adalah nama lahir Camat Enggano, Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu.

"Saya lahir di zaman susah, zaman serba sulit, kehidupan orang tua saya sangat susah," kenang Pak Susah, eh Susanto.

Karena satu dan lain hal, sejak SMP ia ubah nama itu menjadi Susanto.

Mengapa bukan Susahto? Jawabnya, tetap saja susah. Setidaknya susah diucap lidah.

Kami anggota rombongan Ketua Umum PP PPAD, Letjen TNI Purn Dr (HC) Doni Monardo terpingkal tawa mendengar kisah camat yang satu ini.

Sejak awal menyambut di bandara Enggano, Susanto menunjukkan antusiasme yang luar biasa.

Berita Rekomendasi

Telisik punya telisik, ternyata ada rasa antusias, haru sekaligus bangga didatangi mantan komandan jenderal Kopassus itu.

Begini ceritanya. Putra kebanggaannya, Try Febriansyah adalah prajurit baret merah. Lulus Bintara tahun 2016.

Terhitung mulai tanggal 1 April 2022 pangkatnya sudah Sersan Satu (Sertu). Febriansyah berdinas di Grup 3/Kopassus (Sandhi Yudha) bermarkas di Cijantung, Jakarta Timur.

Baca juga: Egy Massadiah: Kaitkan Kecemerlangan Karier Maruli Simanjuntak dengan status Menantu Luhut Tak Fair

Saat mengisahkan tentang Febri, begitu camat Susanto memanggil putranya, ia sungguh sangat antusias.

Susanto bercerita betapa semangat dan heroiknya sang putra sejak bertekad mengabdi menjadi prajurit pagar bangsa.

“Waktu itu ia sudah diterima jadi bintara, lalu mengikuti seleksi masuk Kopassus. Ia mengucap nazar, jika diterima menjadi pasukan Komando, ia akan pulang ke rumah jalan kaki dari Bandara Fatmawati Soekarno ke rumahnya di Pagar Dewa, Kota Bengkulu, yang berjarak sekitar 6 km. Dan itu ia tepati,” kisah Susanto.

Patungan Jalan Rusak

Halaman
1234
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas