Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Awal Kisah Corona Punya Jubir, Egy Massadiah: Selamat Jalan Pak Yuri
Nama Achmad Yurianto pun berkibar-kibar di Tanah Air. Statusnya sebagai juru bicara pemerintah terkait Covid-19.
Editor: Wahyu Aji
Jadilah, anak-anak di posisi juru kamera. Acara talk show menghadirkan beberapa pejabat, seperti I Gusti Ayu Bintang Darmawati, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia, Doni Monardo diwakili Deputi II BNPB, Lili Kurniawan, Lula Kamal, dr Vito Damay, dan para pejabat eselon I yang ada hubungannya dengan anak-anak, termasuk dari Kemenkes dan Bappenas. Pemandu acara adalah anak-anak.
Yuri pun Kaget
Tepat pukul 15.30, diadakan press conference, seperti biasa Yuri manggung. Pembawa acara mengumumkan, “Acara selanjutnya, keterangan pers oleh Bapak Achmad Yurianto.”
Tentu saja Yuri kaget. Belum hilang rasa kagetnya, tiba-tiba muncul sosok anak-anak maju ke podium dan menyampaikan materi jumpa pers. Si anak pemeran Yuri pun berbicara dengan logat dan tata bahasa yang biasa digunakan Yuri. Termasuk tidak mengucapkan salam, melainkan strike to the point ke topik bahasan. Di sebelahnya, juga siap anak perempuan yang memerankan dr Reisa Broto Asmoro.
Usai paparan, anak-anak tadi lalu menuju tempat duduk Yuri dan memberi kalungan bunga disertai ucapan terima kasih. Pak Yuri nyaris tak bisa menyembunyikan air mata harunya, demi mendapat kalungan bunga, ucapan terima kasih, dan semua rangkaian acara “pesta perpisahan” yang sangat indah.
Hingga hari terakhir prescon di Graha BNPB, tercatat 140 hari Yuri manggung. Sebanyak hari itu, Yuri tak pernah absen sekali-pun. Bukan saja tak pernah absen, tapi juga tidak pernah terlambat sedetik pun!
Yuri mengawali kariernya di dunia militer tahun 1987 sebagai perwira utama kesehatan daerah militer Kodam V/Brawijaya. Dari sana dia berpindah-pindah tempat penugasan. Di antaranya sebagai dokter Batalyon Infantri 745/Sampada Yudha Bakti untuk misi di Dili, Timor Timur tahun 1991.
Cukup lama berkiprah sebagai dokter militer, terakhir adalah tahun 2011 ketika ia menjadi Kepala Dinas Dukungan Kesehatan Operasi Pusat Kesehatan TNI. Setelah itu dia diminta menangani Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan sebagai Kepala. Tahun 2019, dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Saya pribadi mengenal Yuri pada bulan Januari 2020 di Natuna. Saat itu, kami intens terlibat kegiatan penyambutan kepulangan WNI asal Wuhan.
Pendapat saya tentang Yuri? Singkat: “Orangnya asyik!”
Terima kasih, pak Yuri. (*)
Selamat jalan Pak Yuri. Duka mendalam dari kami semua
Egy Massadiah