Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Melihat Masa Depan Hongkong di Bawah Dukungan Penuh Pemerintah Beijing
Pascademo anti pemerintah yang melibatkan sekitar 1 juta orangtolak RUU Ekstradisi (2019), persepsi masyarakat internasional tentang Hongkong berubah
Editor: Eko Sutriyanto
Oleh : Sukron Makmun *)
PASCADEMO anti pemerintah yang melibatkan sekitar 1 juta demonstran dengan panjang barisan 1,6 kilo meter menolak RUU Ekstradisi (2019), persepsi masyarakat internasional tentang Hongkong sedikit berubah.
Itu karena banyaknya fasilitas umum, pusat-pusat bisnis dan infrastruktur lain yang rusak akibat tindakan anarkis para perusuh.
Mengapa Tiongkok terkesan lemah terhadap para perusuh padahal tuntutannya sudah mengarah pada disintegrasi, memisahkan dari Tiongkok (mainland China) seolah aksi protes dibiarkan meluas, sampai parlemen HK menunda pengesahan RUU tersebut.
Baca juga: Hongkong, New York dan Jenewa Jadi 3 Kota dengan Biaya Hidup Termahal di Dunia
Apakah Tiongkok tidak paham terhadap perkembangan situasi politik saat itu?
Menurut pengamat saya, justru, Tiongkok sangat paham bahwa yang dihadapi sesungguhnya bukanlah rakyat HK, melainkan pihak asing yang memanfaatkan kepolosan rakyatnya untuk melakukan provokasi.
Dari situ, diharapkan supaya pemerintah terpancing dan salah menyikapi gerakan anti pemerintah tersebut, sehingga asing (via PBB) memiliki alasan kuat untuk intervensi lewat jalur HAM internasional.
Tiongkok sudah punya hitungan taktis bahwa perang asimetris akan selalu dimenangkan pihak penguasa selama ekonomi kuat dan stabil. Beijing sudah mengukur kekuatan dan daya tempurnya untuk melawan perang asimetris modern ini.
Dalam kasus ini, Tiongkok mampu mengkapitalisasi kerusuhan yang diakibatkan tangan hitam asing. Beijing dapat menyelesaikan masalah justru karena ada masalah yang timbul.
Dengan anarkisme yang terjadi di HK, Beijing punya alasan kuat untuk memukul campur tangan asing lewat UU dan hukum. Kebebasan yang kebablasan dengan dalih HAM dan demokrasi terus dibakar oleh musuh Tiongkok, dan pada akhirnya masyarakat HK secara tidak sadar ternyata membakar “kebebasan” itu sendiri.
Ini menguntungkan Tiongkok, sehingga ia punya dalih kuat di hadapan masyarakat internasional untuk mengambil alih agar situasi dan keadaan di HK kembali seperti sedia kala. Itu sebenarnya yang Tiongkok inginkan, dan sekarang terbukti, HK sudah sepenuhnya di bawah kendali Beijing.
Dugaan Keterlibatan AS
Apakah protes anti pemerintah di HK murni demi memperjuangkan HAM dan Kebebasan? Belum tentu.
Pernyataan “kami bersama rakyat Hong Kong” yang digembar-gemborkan politisi Amerika Serikat (AS) adalah isapan jempol belaka. Sekadar retorika untuk membuai dunia.