Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Purnawirawan di Kancah Politik, Ingat Bertolt Brecht
Diskusi pagi ini adalah salah satu alat mitigasi agar para purnawirawan tidak terjerembab dalam politik yang salah jalan.
Editor: Hasanudin Aco
"Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik."
"Orang buta politik begitu bodoh, sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya seraya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, pencuri terburuk dari semua pencuri, politisi buruk, dan rusaknya perusahaan nasional serta multinasional yang menguras kekayaan negeri."
Anggota PPAD tidak boleh buta politik. Harus tahu peta politik, harus peka pada suhu politik.
Pagi itu, ketiga tokoh purnawirawan memberikan resep-resepnya, jurus-jurusnya, tips-tipsnya, agar para anggota PPAD yang tertarik terjun ke kancah politik praktis bisa mendapat kisi-kisi dalam menentukan pilihan politik serta jalan politik.
Letjen TNI Purn Lodewijk Paulus, membagikan pengalamannya ketika terjun sebagai caleg daerah pemilihan Lampung.
Demikian pula Mayjen TNI Purn Supiadin A. S. (Nasdem) dan Mayjen TNI Purn TB Hasanuddin (PDIP) menceritakan lika liku mendulang suara di daerah pemilihan Jawa Barat.