Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Pangeran Nayef Dikurung Lalu Dipaksa Sumpah Setia ke Pangeran MBS
Perebutan tahta Kerajaan Saudi terjadi 20 Juni 2017 ketika Putra Mahkota Kerajaan Pangeran Mohammad bin Nayef dipaksa lepaskan jabatan.
Penulis: Setya Krisna Sumarga
Pada 20 Juni 2017, di tengah krisis itu, Pangeran Nayef dipanggil untuk pertemuan di Istana Raja Salman di Mekkah.
Ini bangunan raksasa berdinding marmer yang menghadap ke Ka’bah, bangunan berbentuk kubus, pusat tempat suci paling suci dalam Islam.
Menurut sumber yang dekat dengan Nayef, saat tiba di lokasi pertemuan, pengawalnya diperintahkan menunggu di luar.
Untuk mencegah kebocoran, semua telepon seluler, termasuk milik pegawai istana, disita penjaga setia Pangeran MBS.
Salah seorang anggota senior keluarga kerajaan, yang mencoba memasuki istana setelah Nayef, ditolak di gerbang.
Dipaksa Sumpah Setia
Sang pangeran diduga diantar secara kasar ke sebuah ruangan oleh Turki al-Sheikh, orang yang paling dipercaya Pangeran MBS.
Kelak sesudah momen ini, Turki al-Sheikh dipromosikan untuk mengepalai Otoritas Hiburan Umum, agensi yang berupaya melunakkan citra Arab Saudi.
Sheikh malam itu diduga mengurung Nayef di kamar selama berjam-jam, menekannya untuk menandatangani surat pengunduran diri dan berjanji setia kepada MBS.
Awalnya, Nayef menolak. Menurut salah satu sumber yang dekat dengan sang pangeran, dia diberitahu jika dia tidak menyerahkan klaimnya atas takhta, anggota keluarga perempuannya akan diperkosa.
Lalu pengobatan Nayef untuk masalah hipertensi dan diabetes ditahan, dan dia diberi tahu jika dia tidak mundur sukarela, tujuan berikutnya adalah rumah sakit.
Dia sangat takut diracun malam itu, kata sumber keluarga kerajaan lainnya, sehingga dia bahkan menolak minum air.
Nayef lalu diizinkan berbicara dengan dua pangeran di Dewan Kesetiaan, badan kerajaan yang meratifikasi garis suksesi.
Dia kaget mendengar mereka sudah mengajukan sumpah setia ke MBS. Menjelang fajar, semuanya berakhir.
Cemas dan lelah, Nayef menyerah. Dia disuruh masuk ke kamar sebelah, tempat Pangeran MBS menunggu dengan kamera televisi dan seorang penjaga bersenjata.
Rekaman video yang dirilis penyiar Saudi menunjukkan sekilas Turki al-Syekh tergesa-gesa memasangkan jubah berpotongan emas di punggung Pangeran Nayef.
Saat kamera berputar, Pangeran MBS mendekati sepupunya dan secara teatrikal membungkuk untuk mencium tangan dan lututnya.
"Ketika saya berjanji setia, ada senjata di punggung saya," tulis Nayef kemudian dalam sebuah teks kepada penasihatnya.
Pada hari-hari berikutnya, poster Nayef disingkirkan dari gedung-gedung publik. Kudeta atas posisi Putra Mahkota selesai hari itu.
Pangeran MBS berada di urutan pertama takhta, dan secara efektif orang paling berkuasa di negara itu pada usia 31 tahun.
Raja Salman tetap menjadi kepala negara, tetapi MBS menjadi penguasa sehari-hari, dengan kendali mutlak atas semua tuas keamanan Saudi, ekonomi dan minyaknya.
Pangeran Nayef, kesayangan intelijen AS, yang mengira dia akan menjadi penguasa Arab Saudi berikutnya, menjadi tawanan.
Tapi baginya, yang lebih buruk akan datang. Tak hanya nasib Pangeran Nayef, tangan kanannya pun jadi buron utama kerajaan.(Tribunnews.com/Guardian/xna)
KISAH BERIKUTNYA : "Said al-Jabri, Tangan Kanan Pangeran Nayef yang Kini Diburu Tim Harimau Saudi"