Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Recep Tayyip Erdogan, Bapak Nasionalisme Islam Turki
Sejak awal mendirikan partai, visi politik Erdogan sangat jelas, yaitu nasionalisme. Mula-mula ia berusaha menegosiasikan posisi Turki.
Editor: Husein Sanusi
Ambil contoh kecilnya, Erdogan meresmikan Hagia Sophia sebagai Masjid, yang sebelumnya sebagai museum, pada tahun 2020.
Perubahan status dari musem ke masjid ini tidak didasarkan pada semangat Islamisme ala Gulen, melainkan atas nama nasionalisme atau kepentingan nasional tidak lagi dalam tekanan Eropa, mengingat saat zaman Kamal Attaturk perubahan Mesjid Hagia Shopia sebagai mesjid wakaf dari al Fatih menjadi Musium atas tekanan Eropa.
Dari sanalah Erdogan berbeda dari Gulen. Walaupun pada gilirannya umat muslim yang mendapatkan keuntungan dari perubahan status tersebut, itu atas nama nasionalisme, bukan agama.
Erdogan berani menyatakan bahwa Turki tidak akan menerima bantuan IMF (International Monitary Fund) pada tahun 2018. Kata Erdogan, "Turki menutup bab IMF dan tidak akan membukanya lagi," (Anadolu, 8 Oktober 2018). Kebijakan politik Erdogan ini bahkan tidak mampu dicontoh oleh negara-negara Islam lainnya. Bayangkan, negara Islam mana yang tidak meminta bantuan IMF?
Iran saja menyerah dan memilih menerima bantuan dari IMF.
IMF juga menyetujui memberikan bantuan 3 Miliar Dolar Amerika untuk Mesir.
Sementara Arab Saudi sudah menjadi anggota aktif IMF sejak tanggal 26 Agustus 1957 (www.imf.org).
Artinya, kebijakan Erdogan untuk menutup pintu bagi IMF merupakan spirit nasionalisme yang melampaui spirit Islamisme vulgar.
Dikatakan melampaui simbol Islamisme vulgar, kebijakan politik Erdogan betul-betul mampu membangkitkan kebanggaan nasional Turki.
Pada bulan Juni 2021, misalnya, Erdogan resmi memulai megaproyek Kanal Istanbul dengan anggaran Rp. 216,8 Triliun.
Kanal ini menjadi sangat penting karena selat Bosporus sendiri dikuasai Eropa, sehingga kapal-kapan yang melewatinya tidak menguntungkan bagi Turki di bidang perpajakan.
Kata Erdogan di suatu hari untuk menunjukkan nasionalismenya, "Hari ini kami membuka lembaran baru dalam sejarah perkembangan Turki.
Kami melihat Kanal Istanbul sebagai proyek untuk menyelamatkan masa depan istanbul, untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda Bosporus dan warga sekitarnya.
Kebijakan politik Erdogan lainnya adalah Gerakan Teknologi Nasional. Gerakan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dan infrastruktur Turki, dengan menghasilkan produk teknologi tinggi secara nasional. Erdogan pernah mengatakan, "sejalan dengan tujuan ini, jumlah pusat teknologi di negara ini telah meningkatkan menjadi 92,"( www.aa.com.tr, 3 Juni 2022).
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.