Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Manusia Indonesia Telah Berwarna-warni Sejak Zaman Prasejarah

Beberapa temuan paleoantropologis di Indonesia telah menunjukkan ada dua kelompok rasial, yakni populasi Australomelanesoid dan Mongoloid.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Manusia Indonesia Telah Berwarna-warni Sejak Zaman Prasejarah
Barry Kusuma
Goa prasejarah di Leang Leang, Maros, Sulawesi Selatan (Barry Kusuma) 

Hasil ini menegaskan bahwa rangka Moh Khiew ini, serta subfosil-subfosil Homo sapiens lainnya yang telah ditemukan dari situs Tabon, Gua Gunung Runtuh dan Niah, merupakan anggota penduduk Sundaland selama Pleistosen Akhir, yang dapat berbagi nenek moyang yang sama dengan Bumiputera (Aborigin) Australia masa kini dan Melanesia.

Beberapa pertanggalan baru sub-fosil manusia dari Gua Tabon ini mengkonfirmasikan sekitar 16.500 BP terhadap tulang frontalnya, namun secara keseluruhan lebih tua jika merujuk temuan-temuan sisa manusia lain yang pernah ditemukan in situ.

Dari penelitian pendahuluan terhadap speleothem dalam guanya merujuk pada 19.500 – 20.200 tahun yang lalu.

Temuan-temuan gigi manusia dari situs Gua Balambangan (16.800 ± 210 BP) (Sabah, Malaysia) makin memperkuat kesimpulan-kesimpulan sebelumnya bahwa mereka berafiliasi Australomelanesoid.

Sebenarnya di masa lalu, hasil temuan-temuan ini yang lebih awal dari kawasan ini telah diklaim dan dilaporkan oleh paleontolog atau paleoantropolog terkemuka pertengahan abad 20 Hooijer pada tahun 1950, dan pandangan kritis dan luasnya juga telah dilakukan pula oleh paleontolog atau paleoantropolog Koenigswald pada tahun 1952.

Beberapa ahli aDNA (DNA purba/ kuno) telah berupaya untuk membuktikan kontinuitas DNA sisasisa paleoantropologis-arkeologis populasi Moh Khiew di Propinsi Krabi (Thailand) yang diekskavasi pada tahun 1991 dan Gua Sakai di Propinsi Trang (Thailand) yang diekskavasi pada tahun 1992 dengan DNA orang Semang (Senoi) yang masih hidup di belantara Semenanjung Malaysia.

Moh Khiew 1 berasal dari periode Paleolitik Akhir (25.800 ± 600 BP), dan Moh Khiew 2 berasal dari periode PraNeolitik atau sekitar Holosen Awal (12000 BP).

Berita Rekomendasi

Sakai berasal dari periode Neolitik (7.860 ± 270 BP). Mereka telah menganalisis DNA-nya yang diambil dari akar molar masing-masing sampel tersebut; dan menggarisbawahi bahwa hubungan filogenetik mtDNA dan bukti etnoarkeologisnya telah menunjukkan ada suatu kontinuitas di antara populasi Pra-Neolitik dan populasi Semang sekarang ini, dan bahwa mereka dapat diyakini sebagai lelehurnya.

Penelitian-penelitian ini dapat dianggap sangat penting karena telah mencoba untuk merekonstruksi jalur migrasi Asia Daratan menuju ke gugus Oceania.

Secara khusus, dalam penelitian lain yang telah dilakukan oleh sekelompok ilmuwan genetika populasi, ada bukti-bukti mtDNA yang berarus dari belahan utara semenanjung ini sekitar 10.000 tahun yang lalu, dan persebaran para foragers ini yang berupaya untuk selalu beradaptasi terhadap lingkungan yang berbeda sebelum naiknya permukaan laut di masa Holosen.

Perubahan-perubahan lingkungan di kawasan ini dan upaya adaptasi mereka telah memegang peran penting dalam proses-proses migrasi populasi ini.

Beberapa ahli genetika populasi telah menunjukkan haplogroup E – sebuah komponen penting keanekaragaman mtDNA di wilayah ini – telah muncul dan tersebar sekitar 35.000 tahun yang lalu, dan selanjutnya telah meluas secara dramatis ke seluruh Asia Tenggara Kepulauan sekitar awal Holosen.

Pada saat itu benua purba Daratan Sunda sedang terpecah-pecah menjadi kepulauan masa kini oleh naiknya permukaan air laut; dan mereka telah mencapai Taiwan dan Oseania Dekat sekitar 8.000 tahun yang lalu.

Mereka juga telah menegaskan pemanasan global dan kenaikan permukaan laut pada akhir Zaman Es, sekitar 15.000 – 7.000 tahun yang lalu.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Terkait

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas