Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Menimbang Kemungkinan Anies Baswedan Gagal dapat Tiket Capres

Patut diduga ada dua cara elite-elite politik dalam mencoba men-"devide at impera" partai-partai pengusung Anies Baswedan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menimbang Kemungkinan Anies Baswedan Gagal dapat Tiket Capres
Ist
Calon Presiden Anies Baswedan didampingi Wakil Ketua Umum Forum Doktor dan Cendekiawan Indonesia Anies (FDCAI) Dr Anwar Budiman SH MH (kiri) dalam acara halal bihalal dan milad pertama FDCAI di Jakarta, Rabu (31/5/2023). 

Saling Intai

Nasdem selaku deklarator Anies capres sudah menyerahkan penentuan cawapres ke mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Lalu mengapa Anies tak kunjung mengumumkan cawapresnya?

Ini terkait dengan strategi politik. Kata Sun Tzu (544-496 SM), strategi adalah senjata utama dalam perang.

Belanda masih jauh. Pendaftaran capres baru dibuka 19 Oktober mendatang.

Anies mungkin masih "wait and see", menunggu dan melihat siapa sosok cawapres yang akan mendampingi capres kubu sebelah. Ini penting untuk menakar kekuatan dan kelemahan lawan, sehingga cawapres yang akan dipilih pun yang bisa mengimbangi kekuatan lawan tersebut.

Dalam konteks yang sama, kubu sebelah pun tak kunjung mengumumkan siapa sosok cawapresnya, baik Prabowo Subianto ataupun Ganjar Pranowo.

Berita Rekomendasi

Akhirnya kedua atau ketiga kubu itu dalam posisi saling mengintai kekuatan dan kelemahan kubu lawan. Mereka saling mengunci.

Inilah yang tampaknya kurang mendapat perhatian elite-elite partai itu sehingga mereka terlibat perselisihan internal dengan saling membuka front. Padahal, kalau terus-menerus terlibat pertikaian internal, KPP bisa pecah dan kemudian bubar.

Anies Baswedan pun terancam tak beroleh tiket capres di Pilpres 2024.

Pihak-pihak yang bertikai itu pun akan "sampyuh", istilah dalam bahasa Jawa yang artinya sama-sama mati.

Mereka ibarat "rebut balung tanpa isi" atau berebut tulang tanpa sumsum.

Sebab yang selama ini mereka perebutkan ternyata tidak ada isinya karena Anies Baswedan akhirnya tidak mendapatkan tiket capres Pilpres 2024.

Maka sia-sialah perjuangan mereka selama ini, terutama Anies Baswedan.

Kalau kemungkinan buruk ini benar-benar terjadi, yakni Anies Baswedan gagal mendapatkan tiket capres, lalu siapa yang harus bertanggung jawab?

Silakan timbang untung dan ruginya, manfaat dan mudaratnya.

Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.

* Dr Anwar Budiman SH MH: Pemerhati Politik/Dosen Ilmu Hukum Tata Negara Program Pascasarjana Universitas Krisnadwipayana, Jakarta.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
Berita Populer
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas