Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Mengkudeta Gus Dur, Isu Politik Tidak Konsisten

Banyak juga isu-isu politik yang mulai disulut untuk menjegal langkah mulus Cak Imin, salah satunya mengenai "kudeta Gus Dur"

Editor: Theresia Felisiani
zoom-in Mengkudeta Gus Dur, Isu Politik Tidak Konsisten
Ist
K.H. Imam Jazuli, Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015. 

Bahkan, ketika banyak orang berseberangan dengan Gus Dur, Cak Imin malah berada di posisi dan membela Gus Dur. Pada tahun 2005, misalnya, sidang pengadilan gagal mendamaikan kubu Alwi Shihab dan Gus Dur. Alwi Shihab menggugat kubu Gus Dur sebesar Rp. 1 miliar lebih.

Pasalnya, menurut Tony Suhartono, uang satu miliar itu sebagai ganti rugi pemberhentian Ali Shihab dari posisi Ketua Umum PKB. Ketika Alwi Shihab berseberangan politik dengan Gus Dur di internal PKB, maka saat itu Muhaimin Iskandar (Sekjen), Mahfud MD (Waketum), dan Arifin Junaidi (Sekretaris Dewan Syuro) berada di pihak Gus Dur. Sebab, surat keputusan nomor 01762/DPP-02/III/I.A/X/2004, tanggal 27 Oktober 2004, yang ditandatangani keempat orang itu.

Bukan hanya memberhentikan Alwi Shihab secara tidak prosedural, Gus Dur juga memberhentikan Saifullah Yusuf (Sekjen PBNU 2022-2027) dari posisi sekjen PKB saat itu. Karena juga memiliki ketidakpuasan terhadap Gus Dur, maka Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengajukan gugatan kepada pengadilan untuk menuntut empat orang, yaitu: Gus Dur, Alwi Shihab, Arifin Junaidi, dan Amin Said Husni.

Artinya, jika Yenny Wahid menganggap Muhaimin Iskandar sebagai orang yang bersalah karena mengkudeta Gus Dur, maka Yenny Wahid harus sadar bahwa ayahandanya yang dibanggakan juga telah mengkudeta orang-orang lain, yaitu Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf. Jika itu terjadi, maka Yenny harusnya berterima kasih kepada Cak Imin yang telah sepihak dengan Gus Dur dalam menghadapi Alwi Shihab.

Sampai di sini, kita bisa mengatakan bahwa konflik politik di internal PKB pada tahun 2008 bukan tentang Muhaimin Iskandar yang mengkudeta Gus Dur. Sebaliknya, Gus Dur lah yang mengkudeta Muhaimin Iskandar. Ada banyak alasan: pertama, Gus Dur menjalankan politik kudeta, baik kepada Alwi Shihab, Saifullah Yusuf, dan pada gilirannya kepada Muhaimin Iskandar. Dalam kesempatan lain, penulis akan membahas bagaimana Gus Dur juga mengkudeta Matori Abdul Jalil.

Kedua, demi menyelamatkan PKB, maka Muhaimin Iskandar diperintahkan oleh kyai-kyai sepuh seperti Kyai Sahal Mahfudz dan Kyai Hasyim Muzadi untuk melawan, sebagaimana Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf juga melawan Gus Dur. Informasi ini penulis dapatkan langsung dari Cak Imin saat sowan ke pesantren Bina Insan Mulia (Bima), Cirebon, tempo hari.

Baca juga: Cak Imin Klaim Jadi Korban Kudeta Gus Dur, Alissa Wahid: Setop Buat Narasi Bohong, Saya Saksi Hidup

Hanya saja, belajar pada kegagalan perlawanan Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf terhadap Gus Dur, maka Cak Imin tidak mau mengulangi kesalahan perlawanan pendahulunya. Cak Imin memilih untuk membentuk MLB PKB di Ancol, dan segera menempuh jalur hukum di pengadilan. Akhirnya, Cak Imin menang. Sedangkan Alwi Shihab dan Saifullah Yusuf tidak menghasilkan banyak perubahan pada organisasi PKB.

BERITA REKOMENDASI

Terlepas dari semua itu, dunia politik adalah dunianya kudeta-mengkudeta. Jika anda mengkudeta orang lain, maka tunggu giliran anda dikudeta oleh orang lain. Ini yang dialami Gus Dur.[]

Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri; Alumni Universitas Al-Azhar, Mesir, Dept. Theology and Philosophy; Alumni Universiti Kebangsaan Malaysia, Dept. Politic and Strategy; Alumni Universiti Malaya, Dept. International Strategic and Defence Studies; Pengasuh Pondok Pesantren Bina Insan Mulia, Cirebon; Wakil Ketua Pimpinan Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (Asosiasi Pondok Pesantren se-Indonesia); Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Periode 2010-2015.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas