Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Skenario Terburuk, Jalur Gaza Jatuh ke Tangan Israel
Israel menyiapkan operasi darat besar-besaran ke Hamas dan Jalur Gaza. Ratusan ribu tentara sudah digelar di Israel selatan.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Mobilisasi besar-besaran yang dilakukan Israel ke perbatasan Jalur Gaza saat ini memberi gambaran ada tujuan besar yang ingin dicapai rezim zionis.
Tujuan yang lebih dari sekadar membalas serangan mematikan Hamas. Militer Israel menegaskan perang melawan Hamas akan berlangsung lama.
Indikator lain, pemerintah Israel telah menyarankan masyarakat sipil Jalur Gaza untuk memanfaatkan waktu yang tersisa untuk mengevakuasi diri ke lokasi aman.
Jalur Rafah, koridor satu-satunya Jalur Gaza ke wilayah Mesir masih terbuka. Ini opsi penyelamatan paling rasional yang masih bisa dilakukan rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Selama bertahun-tahun, Jalur Gaza adalah enclave Palestina yang dikepung dari segala jurusan. Akses udara, laut praktis tertutup dengan dunia luar.
Banyak yang menyebut Jalur Gaza adalah penjara terbesar di dunia yang dikontrol pemerintah zionis Israel.
Dengan penduduk sekira dua juta jiwa, Jalur Gaza adalah wilayah paling padat di dunia berisi kamp-kamp pengungsi Palestina.
Ekonominya tergantung ke Israel dan bantuan negara-negara serta pendonor internasional. Listrik, air, BBM, bahan pokok pangan juga tergantung akses dari Israel.
Sekarang, Israel telah menghentikan semua akses itu. Sepanjang perbatasan Jalur Gaza ke wilayah Israel telah dibanjiri mesin-mesin tempur dan ratusan tentara siap tempur.
Operasi darat ke Jalur Gaza diperkirakan akan terjadi dalam beberapa hari atau pekan mendatang, tergantung kesiapan logistik dan ketersediaan amunisi untuk pertempuran.
Israel juga masih menunggu datangnya bantuan senjata dari AS, termasuk menunggu kedatangan armada tempur laut yang dipimpin kapal induk USS Gerard Ford.
Fakta lain, kelompok Hamas diperkirakan kehilangan 1.500 petempurnya yang dikerahkan saat serangan massal 7 Oktober 2023.
Ribuan petempur itu bagian orang-orang paling terampil berperang. Hamas juga telah meluncurkan lebih dari 5.000 roket Qassam.
Stok roket mereka pastinya tidak mungkin tidak terbatas. Selain itu bombardemen udara Israel ke Jalur Gaza telah meratakan pusat komunikasi dan gedung-gedung Hamas.