Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Invasi Darat Israel ke Jalur Gaza Ditunda atau Batal?

Presiden AS Joe Biden meninggalkan Israel, dan menjanjikan bantuan kemanusiaan ke Gaza sembari menegaskan dukungan ke Israel.

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Invasi Darat Israel ke Jalur Gaza Ditunda atau Batal?
MENAHEM KAHANA/AFP
Pasukan Israel menggerakkan tank di dekat kibbutz Nahal Oz di perbatasan dengan Jalur Gaza pada 15 Oktober 2023. 

Lalu spekulasi operasi akan dilakukan menunggu Joe Biden meninggalkan Israel. Namun tanda-tanda invasi darat itu masih juga belum akan dieksekusi.

Situasi global kemungkinan turut mempengaruhi keputusan Israel, selain secara internal pemerintahan koalisi Israel belum terbentuk secara final.

Kutukan masyarakat internasional atas aksi militer Israel sangat kuat, termasuk datang dari China, Rusia, Arab Saudi, Qatar, Yordania, Iran, Irlandia, dan sejumlah negara besar di Afrika dan Asia.

Aksi-aksi protes juga meledak di berbagai kota besar dunia, termasuk di Capitol Hill Washington, Berlin, London, Paris, dan lain sebagainya.

Di Dewan Keamanan PBB juga muncul aksi protes kuat saat persidangan, manakala wakil AS memveto rancangan resolusi krisis kemanusiaan yang diciptakan Israel.

Sejumlah diplomat di Dewan Keamanan PBB berbalik dari kursi dan meja, memunggungi wakil AS saat membacakan pidatonya.

Kondisi ini diperkirakan mempengaruhi Presiden Joe Biden dan elite Washington untuk tidak, atau belum memberi lampu hijau invasi darat Israel ke Gaza.

Bendera Palestina dan bendera Hizbullah berkibar saat pasukan penjaga perdamaian dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) berpatroli di daerah perbatasan Lebanon-Israel di bukit Hamames, Khiyam, Lebanon selatan, pada 13 Oktober 2023.
Bendera Palestina dan bendera Hizbullah berkibar saat pasukan penjaga perdamaian dari Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL) berpatroli di daerah perbatasan Lebanon-Israel di bukit Hamames, Khiyam, Lebanon selatan, pada 13 Oktober 2023. (JOSEPH EID / AFP)
Berita Rekomendasi

Di sisi lain, kerentanan konflik di Israel utara dan Lebanon selatan, juga jadi faktor signifikan yang bisa menghalangi operasi tempur besar di Gaza.

Kekuatan kelompok Hezbollah Lebanon tidak bisa diremehkan. Milisi bersenjata ini memiliki ketrampilan tempur dan persenjataan yang jauh lebih kuat dari Hamas.

Jika Israel memaksakan perang besar di Gaza, dan mengurangi jumlah pasukan di perbatasan dengan Lebanon, maka jika Hezbollah menyerbu, sangat berbahaya bagi Israel.

Lain halnya jika kemudian ada jaminan AS akan terjun ke pertempuran di Lebanon selatan. Sebanyak 2.000 prajurit Ekspedisi Marinir 26 AS telah disiagkan di Laut Tengah.

Ini pasukan sangat berpengalaman dan bisa cepat digerakkan ke manapun. Selain itu sudah tiba dua armada kapal induk di perairan Laut Mediterania.

Kehadiran armada tempur AS di dekat Israel ini jelas untuk memberi efek penangkal dan penggentar bagi pihak luar yang ingin mendorong eskalasi konflik di luar Gaza dan Tepi Barat.

Kini, kunci kapan invasi darat Israel ke Gaza akan dilakukan tetap masih di tangan Washington. Selain faktor global, potensi perlawanan Hamas di Gaza juga diperhitungkan.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas