Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kontribusi Seni Pewayangan dalam Konteks Keberlanjutan Fungsi Lingkungan
Wayang kulit Jawa, adalah asli berasal dari Jawa walaupun alur cerita kebanyakan mengambil dari hikayat Ramayana dan Mahabarata versi India.
Editor: Dewi Agustina
Bergantung kepada jenis lem yang digunakan serta jumlah lembar lapisan sak semen yang dipersiapkan untuk membuat wayang maka lama proses pemberian tekanan sak semen sampai siap ditatah adalah dalam kisaran 3 sampai 7 hari.
Untuk wayang berukuran sangat besar bahkan mmerlukan waktu hingga 10 hari.
Selama periode pemberian tekanan bahan sak semen dilakukan pembalikan setiap hari sehingga lembaran sak semen yang dihasilkan adalah rata baik bagian permukaan atas maupun bawah.
Harga jual wayang sak semen cukup murah yakni antara 300 sampai dengan 500 ribu untuk ukuran bambangan atau katongan bergantung kepada kualitas tatahan dan sunggingan wayang.
Pada gambar di bawah diperlihatkan sak semen sebagai bahan pembuat wayang serta contoh wayang yang dibuat dari limbah sak semen.
Seperti yang tampak pada gambar contoh wayang sak semen tersebut hampir tidak tampak bedanya dengan wayang yang terbuat dari kulit asli.
Harga limbah sak semen pada saat ini berkisar Rp. 3.000 – 5.000 per kg.
Dengan demikian mengubah limbah kemasan atau sak semen menjadi sebuah karya seni wayang akan meningkatkan nilai tambah beberapa kali lipat.
Tentu saja besar peningkatan tersebut sangat bergantung kepada kualitas wayang yang dihasilkan terutama dalam hal tatahan dan sunggingan.
Dari kedua contoh pemanfaatan limbah split serta sak semen sebagai sebuah produk karya seni adalah contoh bisnis baru yang menjanjikan.
Selain itu pemanfaatan limbah tersebut sejalan dengan konsep circular economy yang tujuan meminimalkan timbulan limbah serta meminumkan ekspolitasi sumberdaya alam.
Penulis:
Fuzi Suciati, Dwindrata B. Aviantara, Ikhsan Budi Wahyono, Efadeswarni, Yudi Hertanto
Badan Riset dan Inovasi Nasional
Pengrajin Desa Wisata Seni Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta