Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Dua Jam Full Tucker Carlson Wawancarai Putin : AS Ledakkan Pipa Nord Stream
Vladimir Putin secara terang-terangan menyatakan AS adalah pihak yang meledakkan jalur pipa Nord Stream di dasar Laut Baltik.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Hersh mereport fakta-fakta temuannya yang diperoleh dari sumber-sumber kredibel di kalangan militer maupun industrialis senjata di AS dan sejumlah negara lain.
Seymour Hersh diakui reputasinya sebagai jurnalis yang menguak praktik penyiksaan militer AS di penjara Abu Ghraib, Baghdad, Irak, saat AS menginvasi negara itu.
Dari tayangan yang sudah ditonton puluhan jutaan pemirsa di akun X, wawancara Tucker Carlson dan Vladimir Putin tampak berlangsung rileks.
Keduanya duduk berhadapan dipisahkan meja kecil. Latar belakangnya interior ruangan yang terlihat cukup besar dan elegan dan ada bendera Rusia.
Kursi yang diduduki keduanya berwarna putih dengan ukiran, berikut meja kecil yang senada warnanya.
Putin mengenakan jas hitam, kemeja lengan panjang putih dan dasi merah tua atau merah marun tua bergaris.
Di awal wawancara Putin sempat melepas arloji di tangan tangannya, lalu meletakkannya di meja. Carlson mengenakan jas hitam, kemeja putih dan dasi hitam bergaris kuning.
Ia memegang selembar kertas dan pulpen. Pencahayaan saat perekaman video tampak sempurna dan suara yang jelas dan jernih.
Pada saat wawancara, Putin sempat memberikan sebundel dokumen ke Tucker Carlson, tentang catatan sejarah Rusia dalam konteks Ukraina dan negara sekitarnya.
Poin tentang peledakan proyek Nord Stream, meski bukan pertama kali diungkapkan Putin, agaknya menjadi pesan paling signifikan untuk publik Amerika.
Dalam banyak literasi yang ditulis para pemerhati geopolitik, sensor dan pembatasan serta propaganda yang digalang pemerintah AS membuat publik di AS tak begitu paham konteks perang Rusia-Ukraina.
Sumber-sumber yang menjelaskan duduk perkara secara lengkap sangat jarang. Aneka publikasi, termasuk yang digencarkan media arus utama Anglo-Saxon, dipenuhi bias dan narasi permusuhan.
Campur tangan pemerintah AS dan juga penggalangan intelijen ini sangat masif, dan selama ini berhasil membelokkan persepsi masyarakat AS atas apa yang terjadi di Rusia dan Ukraina.
Platform media sosial, termasuk Meta yang membawahi Favebook, Instagram, dan WhatsApp pun terbukti melakukan sensor sistematis.