Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Dua Jam Full Tucker Carlson Wawancarai Putin : AS Ledakkan Pipa Nord Stream

Vladimir Putin secara terang-terangan menyatakan AS adalah pihak yang meledakkan jalur pipa Nord Stream di dasar Laut Baltik.  

Editor: Setya Krisna Sumarga
zoom-in Dua Jam Full Tucker Carlson Wawancarai Putin : AS Ledakkan Pipa Nord Stream
DW
Pipa gas Nord Stream mengalirkan gas Rusia ke Eropa melalui perairan laut Baltik di wilayah Jerman 

Gedung Putih pada saat itu menolak tuduhan tersebut dan menyebutnya sebagai fiksi belaka.

Menyusul klaim Hersh, beberapa media barat melaporkan warga Ukraina terlibat dalam ledakan tersebut. Kiev membantah memiliki hubungan dengan sabotase tersebut.

Dalam versi Seymour Hersh, peledakan dilakukan unit penyelam khusus Angkatan Laut AS, menggunakan peledak khusus dalam air.

Operasi dikoordinasi dari Gedung Putih, dijalankan Pentagon, CIA, NSA, bekerjasama secara rahasia dengan dinas intelijen Norwegia dan Swedia.

Investigasi atas aksi terorisme di perairan Swedia itu pernah dilakukan oleh Swedia maupun Norwegia. Namun berlalu tanpa kemajuan berarti.

Misi penghancuran proyek Nord Stream ini sekaligus menunjukkan kehendak superior Washington yang tidak ingin kehilangan kendalinya di Eropa.

Mereka menemukan momentum tepat untuk melenyapkan proyek Nord Stream, ketika Rusia sedang dikeroyok negara-negara Uni Eropa dan NATO.

Berita Rekomendasi

Sementara poin tentang kegagalan perundingan damai Rusia-Ukrania dan intervensi Inggris dan tentu saja AS, adalah pengulangan pernyataan dan fakta-fakta yang sudah jelas sebelumnya.

Putin hanya menegaskan, konflik Rusia-Ukraina hanya bisa berakhir jika kedua negara berunding tanpa intervensi pihak manapun.

Tetapi gagalnya perundingan Istanbul beberapa bulan setelah perang dimulai, menunjukkan NATO, Uni Eropa dan AS serta Inggris memang menghendaki destabilisasi Rusia.

Ukraina menjadi proksi mereka untuk meruntuhkan kemajuan Rusia yang signifikan setelah ambruknya Uni Soviet.

Ukraina menjadi bantalan bagi NATO dan Uni Eropa, yang tidak punya alasan kuat untuk berperang secara langsung dengan Rusia.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov sebelum hasil wawancara disiarkan menjelaskan Putin memilih Carlson karena ia tidak menujukkan pribadi yang pro-Rusia atau pro-Ukraina, tapi pro-Amerika.

Di sejumlah versi pemberitaan, beberapa tokoh AS dan juga Uni Eropa mengecam Tucker Carlson, karena menemui Putin dan menyiarkan wawancaranya.

Muncul spekulasi bahaya kini mengintai Tucker Carlson, seperti yang dialami pendiri Wikileaks, Julian Assange.

Atas spekulasi ini, Dmitry Peskov menegaskan, Tucker Carlson tidak memerlukan proteksi Rusia setelah mewawancarai Putin.

Meski ada banyak suara mengecam, tapi banyak pula suara pihak yang mendukungnya di Amerika dan dunia.

Peskov mengakui, wawancara Carlson dengan Putin telah menimbulkan heboh ekstra tidak hanya di Amerika, tetapi juga di Rusia.

Peskov menambahkan ketertarikan ini terkadang tidak masuk akal. Namun, dia mengakui pentingnya wawancara tersebut, dan memperkirakan wawancara tersebut akan “dibaca dan didiskusikan selama beberapa hari.”

Setiap wawancara dengan Putin adalah peristiwa yang sangat penting, terutama oleh pihak asing.

 “Penting bagi kami agar sebanyak mungkin orang di dunia memahami pola pikir dan sudut pandang pemimpin negara Rusia,” kata Peskov.

Hegemoni dan superioritas AS di dunia bagaimanapun perlahan berakhir. Sejak runtuhnya Soviet, AS tampil sebagai satu-satunya kekuatan utama yang mengendalikan dunia.

Tapi kebangkitan Rusia, secara ekonomi maupun militer, lalu pengaruhnya ke kawasan lain di luar Eropa, menjadi ancaman sistem unipolar yang dikontrol AS dan sekutunya.

Kemajuan luar biasa China di bidang ekonomi dan industri militer, menambah titik baru kekuatan yang mempengaruhi ekosistem global.

Dunia berkembang multipolar, dan perlahan negara-negara juga ingin membangun dan menikmati kemajuan pembangunan secara setara tanpa dikuasai pihak lain.

Gejala inilah yang dirisaukan Washington, yang merasa nikmat dunia ada di genggaman mereka selama beberapa dekade.(Setya Krisna Sumarga/Editor Senior Tribun Network)

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas