Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Menjembatani Kesenjangan Komunikasi Antar Generasi di Tempat Kerja
Sejak lahir hingga meninggal, seseorang membutuhkan bantuan orang lain, baik itu keluarga, saudara, atau teman.
Editor: Toni Bramantoro
OLEH: Rakyta Azalya Maura Asrie
KOMUNIKASI MERUPAKAN aktivitas yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, namun memberikan definisi yang dapat diterima oleh semua pihak bukanlah hal yang mudah.
Fakta bahwa manusia merupakan makhluk sosial ditunjukkan oleh nada komunikasi seseorang dengan orang lain, yang dapat menunjukkan bahwa setiap orang membutuhkan bantuan dari orang lain di sekitarnya. Sejak lahir hingga meninggal, seseorang membutuhkan bantuan orang lain, baik itu keluarga, saudara, atau teman.
Milenial dan Generasi Z merupakan dua generasi yang karakteristiknya masih sulit dipahami oleh banyak pemimpin bisnis. Banyak orang yang masih menyamakan keduanya sehingga menimbulkan kesalahpahaman bahwa Generasi Z dan Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y) berasal dari generasi yang sama dan sering digeneralisasikan dengan stereotip yang sama.
Namun jika melihat klasifikasi kelahiran. Kebanyakan generasi millennial kini mendekati usia 40 dibandingkan 14 tahun. Generasi Millenial dan Gen Z adalah dua generasi berbeda dengan nilai, tujuan, dan prioritas berbeda. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memperlakukan mereka dengan tepat.
Di tengah dinamika lingkungan kerja , permasalahan komunikasi antargenerasi muncul sebagai suatu peristiwa yang tidak bisa dihindari. Selama perdebatan mengenai Revolusi Industri 4.0 dan Revolusi Industri 5.0, keberagaman generasi menjadi faktor yang semakin penting dalam mempengaruhi dinamika bisnis.
Pentingnya menangani konflik antargenerasi dan kesenjangan komunikasi memerlukan pendekatan yang holistik. Pertama, meningkatkan kesadaran anggota tim tentang karakteristik, nilai, dan preferensi komunikasi yang berbeda dari generasi ke generasi merupakan landasan yang paling penting.
Untuk memperdalam pemahaman, mengurangi stereotip dan mendorong dialog terbuka, pelatihan dan lokakarya diselenggarakan, perusahaan merencanakan program pendampingan dan tim kolaborasi antargenerasi untuk menciptakan pemahaman dan koneksi antargenerasi.
Program mentor memungkinkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman antara generasi tua dan muda. Pada saat yang sama, proyek tim dari berbagai kelompok umur menciptakan ruang kolaboratif di mana setiap generasi dapat belajar satu sama lain.
Pentingnya kebijakan yang mendukung keberagaman generasi tidak dapat diabaikan. Menciptakan lingkungan yang mendukung didasarkan pada fleksibilitas kerja yang mempertimbangkan kebutuhan generasi yang berbeda, inisiatif pembelajaran antargenerasi dan kebijakan inklusif lainnya.
Penyelesaian konflik preventif juga memainkan peran penting dalam menjaga keharmonisan antargenerasi. Identifikasi dan penanganan konflik secara dini memerlukan mekanisme organisasi yang responsif dan adil.
Selain itu, pelatihan keterampilan komunikasi menjadi bagian integral dalam membekali karyawan dari berbagai generasi dengan keterampilan yang diperlukan.Langkah terakhir adalah membentuk budaya organisasi yang inklusif.
Organisasi menerapkan praktik yang bermanfaat, merayakan keberagaman, dan mengakui pencapaian antargenerasi sehingga setiap anggota tim merasa dihargai.
Melalui langkah langkah komprehensif ini, organisasi tidak hanya menyelesaikan konflik komunikasi antargenerasi, namun juga menciptakan tempat kerja yang harmonis dan produktif.