Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Anggawira: Industri Teh dalam Negeri Mestinya Bisa Sehebat Kopi
Acara ini menghadirkan pembicara praktisi ahli teh yang benar-benar terjun mengembangkan varian teh di Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Beberapa waktu lalu, Relawan Pengusaha Muda Nasional Indonesia Maju (Repnas IM) mengadakan webinar hilirisasi teh.
Acara ini menghadirkan pembicara praktisi ahli teh yang benar-benar terjun mengembangkan varian teh di Indonesia.
Mereka adalah Iriana Ekasari dan Iwan Setiawan.
Iriana adalah praktisi pertanian yang malang melintang di industri ritel fast moving consumer goods dan sempat menjadi Direktur Utama perusahaan dagang PTPN: KPBN (PT Kharisma Pemasaran Bersama).
Sementara Iwan Setiawan memiliki ketekunan dalam membangun sajian teh di cafe yang ia dirikan bersama teman-teman bisnisnya.
Repnas IM merasa penting mengundang keduanya untuk mengenalkannya ke jejaring agar dapat saling bersinergi membangun ekosistem bisnis teh ini.
Seperti diketahui konsumsi teh per kapita selama 2007-2016 tumbuh 27 persen menjadi 350 gram per tahun.
Walau tumbuh, angka ini masih tergolong kecil dibanding Malaysia 1 Kg/tahun atau bahkan Turki yang mencapai 3 Kg/tahun.
Indonesia kaya dengan ragam sajian teh seperti Teh Poci di Jawa Tengah, Nyaneut Jawa Barat, Patehan Yogyakarta, Nyahi Betawi, Teh Talua Sumatera Barat dan Teh Tarik di Aceh dan Medan.
Indonesia masih membutuhkan banyak pelaku hilirisasi teh sehingga sajian teh berkembang menjadi specialty tea, artisan tea, mocktail tea dan teh kemasan.
Iriana mengatakan banyak kondisi yang tidak ideal seperti upah buruh petik yang tidak manusiawi, 70% pekerja pemetik teh adalah wanita dan rendahnya mutu teh yang ada di negeri sendiri.
Sementara Ketua Umum Repnas IM Anggawira berharap pohon industri teh semestinya dapat berkembang cepat sebagaimana saudaranya yaitu kopi yang memutar ekonomi kreatif dan UMKM.
Muhammad Sirod selaku moderator menyampaikan bahwa Repnas akan terus mengadakan diskusi online dan offline yang mencerahkan publik seperti yang sudah dilakukan selama ini.
Membahas tembakau, teh, sagu dan nanti soal tata niaga gabah dan beras.
"Pencerahan publik ini dimaksudkan agar masyarakat lebih banyak yang memahami kondisi riil dan menjadi pemantik diskusi para pihak syukur-syukur memperbaiki kebijakan yang ada oleh pemerintah," kata Anggawira.