Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

Belajar dari Kecelakaan Bus Putera Fajar yang Bawa Rombongan Siswa SMK Lingga Kencana di Subang

Hasil pengamatan sementara dari petugas kepolisian yang mencernati aspal jalan tempat kejadian menyatakan tidak terdapat bekas-bekas pengereman.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Belajar dari Kecelakaan Bus Putera Fajar yang Bawa Rombongan Siswa SMK Lingga Kencana di Subang
Kolase Tribunnews
Ini 10 fakta kecelakaan bus di Subang, Jawa Barat, Sabtu (11/5/2024). Jumlah korban meninggal dunia mencapai 11 orang. 

Ini dapat diperkirakan bahwa ada kemungkinan bus mengalami mati mesin (?) sebelumnya, sehingga praktis fungsi booster dan master rem abnormal.

Dalam wawancara eksklusif KompasTV yang disiarkan langsung (live) dari RSUD Subang Minggu pagi, pengemudi bus bernama Sadira (?) mengakui bahwa sebelumnya bus sempat mengalami penyetelan ulang posisi pijakan rem ketika berhenti di kawasan wisata Tangkuban Perahu, konon katanya stelan rem sebelumnya terlalu dalam dan kurang nyaman.

Sesudah distel lebih tinggi tersebut normal-normal saja sampai kejadian setelah istirahat sehabis makan di Warung Bang Jun yang membuatnya harus banting stir kekanan untuk memberhentikan laju bus yang sudah tidak terkendali.

Memang sayangnya presenter di studio tidak bisa mengeksplorasi sopir tersebut lebih detail, padahal itu wawancara Live dan Eksklusif yang mungkin saja keterangannya masih murni alias belum banyak terkontaminasi pikiran yang macam-macam.

Hal ini penting karena sebenarnya keterangan awal dari sopir yang mengaku sudah berpengalaman menyopiri bus semenjak tahun 1996 (alias sudah sekitar 28 tahun), namun katanya baru pertama kalinya memegang Bus Putera Fajar yang nahas dan mengalami kecelakaan fatal semalam.

Sebab dari sopir tersebut sebenarnya akan bisa lebih banyak digali bagaimana status dia (sebagai karyawan tetap pemilik bus, atau "sopir dadakan" alias "sopir tembak") karena pernyataannya semula mengatakan bahwa dia baru pertama kalinya memegang unit bus ini sangat penting untuk penyelidikan perawatan bus dari mekanik sebelumnya.

Bagaimanapun juga keterangannya soal perbaikan di Tangkuban Perahu tersebut sangat penting diteliti lebih lanjut mengapa harus terjadi bila tidak ada masalah semenjak awal.

BERITA REKOMENDASI

Jelasnya hal ini bisa membuat Mekanik dan pemilik (perusahaan) bus diperiksa dan harus bertanggungjawab atas kecelakaan yang telah merenggut nyawa lebih dari sepuluh korban manusia tersebut.

Saya sangat mendesak jangan hanya sopir bus, dalam hal ini Saudara Sadira saja yang harus ditimpakan kesalahan dan dipersalahkan semuanya, karena pemilik bus jelas-jelas harus ikut bertanggungjawab atas tragedi memilukan yang tidak seharusnya terjadi jika bus telah mendapatkan perawatan teknis rutin, termasuk kelengkapan surat-surat kendaraan dan Uji Kir secara periodik minimal 6 bulan sekali untuk memastikan segala aspek teknisnya berjalan sebagaimana mestinya (mulai dari rem, lampu-lampu, klakson dsb sesuai UU Lalulintas yang mempersyaratkannya).

Hal ini sebenarnya juga harus standar dilakukan terhadap pengusutan kecelakaan-kecelakaan kendaraan umum sebelumnya lainnya.

Sebab sering terjadi di Indonesia bilamana ada laka lantas maka biasanya langsung semua kesalahan ditimpakan kepada sopir atau pengemudi kendaraannya saja, bahkan misalnya ketika ybs meninggal akibat tragedi tersebut maka selesai pulalah pengusutan kasusnya.

Padahal secara teknis sebuah kecelakaan apalagi fatal dan merenggut nyawa tidak mungkin terjadi hanya akibat satu sebab atau satu orang saja, karena banyak faktor penyebab lain, termasuk mekanik dan pemilik kendaraan yang terlibat.


Aparat kepolisian dan kejaksaan, termasuk juga Kementerian Perhubungan jangan cepat puas dan mau berhenti pada penyebab tunggal ini, karena semua faktor diatas bisa saling mempengaruhi dan tidak bisa dilepaskan satu sama lain begitu saja.

Kesimpulannya, tentu rombongan SMK kemarin sama sekali tidak berharap acara "perpisahan" yang menjadi tema acara awal menjadi perpisahan yang sesungguhnya kepada 11 korban meninggal akibat kecelakaan fatal ini.

Halaman
123
Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
berita POPULER
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas