Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Mengapa AS Akhirnya Persenjatai Batalyon Neo Nazi Azov Ukraina?
Batalyon Azov sebelumnya organisasi massa bersenjata mandiri, tapi diintegrasikan ke Garda Keamanan di bawah Kemendagri Ukraina.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Ro Khanna, seorang Demokrat dari California, mengatakan pada saat itu, pemikiran supremasi kulit putih dan neo-Nazisme tidak dapat diterima.
Kelompok Azov sudah dinyatakan terlarang di Rusia, dan organisasi itu oleh Moskow juga dimasukkan ke daftar kelompok teroris yang harus dibasmi.
Pada pernyataan terbarunya, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, tidak menemukan bukti kelompok itu melakukan pelanggaran-pelanggaran seperti terorisme, persekusi ras etnis, dan penyiksaan.
Kelompok Azov dinyatakan tidakk memenuhi syarat melanggar Hukum Leahy yang ketat. Pengumuman keputusan ini dipublikasikan Senin 10 Juni 2024.
Hukum Leahy menyatakan secara lugas, pelarangan bantuan militer kepada unit-unit yang terlibat pelanggaran hak asasi manusia.
Apa makna keputusan Washington ini? Apa maksud tujuan pemerintah AS mengizinkan pengiriman senjata ke kelompok Azov?
Pertama, keputusan ini menunjukkan sikap putus asa Gedung Putih terhadap perkembangan buruk di Ukraina. Pasukan Ukraina diberbagai front kalah dan kehilangan wilayah.
Kedua, langkah ini melengkapi histeria Washington dan NATO, yang mulai membiarkan Ukraina menembakkan rudal-rudal jarak menengah dan jauh ke target di wilayah Rusia.
Ketiga, memperjelas kehendak AS dan NATO, menginginkan peperangan di Ukraina terus berlanjut, bahkan lebih besar dan dahsyat.
Dari kesemuanya ini, langkah putus asa Washington pada akhirnya memperkuat klaim Rusia, operasi khusus ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, satu di antara alasannya adalah denazifikasi atau memusnahkan kelompok neo-Nazi Ukraina.
Michael Maloof, mantan pejabat Pentagon di bidang analisis kebijakan keamanan, mengritik keputusan terbaru pemerintah Amerika Serikat ini.
Sikap putus asa Washington juga mencerminkan hipokrisi terang-terangan atas berbagai kejahatan dan pelanggaran yang dillakukan kelompok fasis ini.
Maloof mengatakan, tidak mungkin kelompok Azov berubah dari orang berdosa menjadi orang suci hanyadalam waktu semalam.
Kelompok itu nyatanya masih menggunakan gaya dan salam sama, memakai simbol swastika, slogan sama, serta kultur organisasi sama dengan Nazi Jerman dan kolaboratornya.