Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Kekuatan Tersembunyi Houthi Yaman Bikin Gentar
Secara total, sejak tahun 2017 kelompok Houthi Yaman telah berhasil menghancurkan sekurangnya 10 drone milik militer AS maupun CIA.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNEWS.COM, YOGYA – Kelompok Houthi Yaman kembali merontokkan drone canggih MQ-9 Reaper milik Amerika Serikat.
Drone itu ditembak jatuh menggunakan rudal di wilayah Provinsi Maarib Yaman barat laut. Ini merupakan drone MQ-9 Reaper ke-9 yang ditumbangkan Houthi sejak musim gugur tahun lalu.
Pengumuman disampaikan juru bicara militer Anshar Allah atau kelompok Ansharullah Houthi Yaman, Brigjen Yahya Saree, Sabtu (7/9/2024).
"Sebuah pesawat nirawak MQ-9 Amerika ditembak jatuh saat menjalankan misi musuh di langit Provinsi Maarib. Pesawat nirawak ini adalah pesawat kedelapan dari jenis ini yang ditembak jatuh selama pertempuran dan jihad suci untuk mendukung Gaza," kata Saree.
Pemimpin Houthi Abdul Malik al-Houthi mengancam akan memperluas operasi melawan Israel dan negara-negara barat yang mendukungnya di darat.
Ia menekankan musuh akan lengah di darat sebagaimana mereka lengah di laut dengan bantuan teknologi baru yang akan membantu untuk menyakiti mereka.
Al-Houthi juga mengatakan tanggapan terhadap pemboman Israel di pelabuhan Hodeidah di Yaman barat semakin dekat.
Baca juga: Pertahanan Udara Houthi Kembali Beraksi, Korbannya Drone MQ-9 Reaper Amerika Seharga Rp 480 Miliar
Baca juga: Buat AS Naik Pitam, Houthi Yaman Hancurkan Kapal Tanker Panama dan Arab Saudi
Baca juga: Houthi Akui Bajak dan Bakar Kapal Minyak Sounion dengan Kirim 2 Pejuang Bersenjata
Kehebatan Houthi Yaman sebelumnya ditunjukkan saat pasukan darat mereka menumbangkan pesawat nirawak canggih MQ-9 Reaper di wilayah Saada, Yaman utara.
Dari rongsokan drone yang dirontokkan, drone itu tida memiliki tanda apapun. Ketiadaan tanda itu justru menunjukkan drone dioperasikan dinas intelijen CIA.
Foto dan video rongsokan drone MQ9 Reaper itu beredar sejak Minggu 4 Agustus 2024, dan disebutkan ditemukan di pegunungan pusat kekuasaan Houthi Yaman.
Secara total, sejak tahun 2017 kelompok Houthi Yaman telah berhasil menghancurkan sekurangnya 10 drone milik militer AS maupun CIA.
Drone Reaper pertama ditembak jatuh pada 1 Oktober 2017 di Sanaa, ibu kota Yaman. Drone ke-9 sebelum peristiwa terakhir, dijatuhkan di wilayah Maarib pada 29 Mei 2024.
Jumlah ini tidak termasuk jenis drone lain, termasuk Predator yang sangat berbahaya, serta drone-drone lain buatan AS yang dioperasikan pasukan koalisi Arab.
Segera sesudah drone MQ9 Reaper ke-10 itu dijatuhkan di Saada, jet-jet tempur Amerika dan Inggris melancarkan serangan balasan.
Gempuran itu menewaskan 15 penduduk sipil Yaman dan melukai 35 orang lainnya di Hodeideh, Sanaa, hingga Taiz di dekat perbatasan Yaman-Arab Saudi.
Rentetan peristiwa ini melengkapi intensifnya perlawanan Houthi Yaman melawan koalisi pasukan Arab dan barat, serta upaya keras mereka menyerang Israel.
Houthi Yaman telah menunjukkan kemampuan serius mereka setelah dua pekan lalu drone kamikaze mereka menembus pertahanan Israel dan menghantam sasaran di Tel Aviv.
Israel membalasnya lewat serangan udara massal melibatkan belasan jet tempur ke Pelabuhan Hodeideh yang menghancurkan kilang minyak, pelabuhan, dan infrastruktur kelistrikan Yaman.
Pertanyaannya, siapa sesungguhnya Ansar Allah Yaman ini? Bagaimana mereka bisa meningkatkan kapasitas militernya begit signifikan, di negara termiskin di jazirah Arab yang kaya migas itu? Siapa di belakangnya?
Amerika Serikat dan Inggris telah mengecam keras kelompok Houthi yang membuat mereka malu berat setelah pesawat nirawak MQ-9 Reaper senilai $ 31 juta itu tumbang di langit Yaman.
Sebaliknya, tokoh Biro Politik Houthi, Ali al-Qahoum, bersumpah mereka akan menghadapi setiap tindakan agresi asing dengan cara sangat menyakitkan.
Nasruddin Amer, tokoh politik Houthi menambahkan, Amerika, Inggris dan sekutunya takkan bisa mengalahkan mereka.
Mengutarakan dukungannya kepada rakyat Palestina, ia sesumbar, jika pun seluruh dunia menyerang Sanaa, mereka tidak akan pernah meninggalkan Gaza.
Houthi Yaman telah menunjukkan bukti-bukti tak terbantahkan lewat aksi blokade dan serangan mematikan mereka atas kapal-kapal terkait Israel yang melintas di Laut Merah dan Laut Arab.
Houthi Yaman juga pernah menembakkan sejumlah rudal balistik melintasi Laut Merah tembus ke kota pelabuhan Eilat Israel.
Dari semua capaian Houthi Yaman di perang mereka melawan koalisi Arab dan barat, secara material mungkin tidak sebanding dengan korban jiwa dan harta serta kerusakan yang diderita Yaman.
Bagi Amerika dan sekutunya, kehancuran 10 drone MQ9 Reaper bernilai sangat mahal itu jelas menjadikannya ancaman terbesar program pesawat nirawak pembunuh di kawasan Asia Barat.
Reaper hanya mencakup sepersepuluh pesawat barat, berawak atau tak berawak, yang telah jatuh karena alasan teknis atau ditembak jatuh di Yaman.
Anshar Allah atau Ansarullah Yaman sukses melenyapkan helikopter UH60 Black Hawk milik AS di lepas pantai Yaman pada tanggal 26 Agustus 2017.
Tiga jet tempur F-16 buatan Amerika (milik Maroko, Bahrain, dan Yordania) hilang dalam pertempuran selama Mei 2015, Desember 2015, dan Februari 2017.
Ada sedikitnya 64 pesawat intai, serang, heli tanpa awak produk Amerika yang dioperasikan pasukan koalisi Arab, juga termasuk drone Scan Eagle, Seeker 400 dari Inggris telah tumbang.
Houthi juga merontokkan 11 pesawat tempur Mirage 2000, Eurofighter Typhoon, F-15, dan Tornado, serta helikopter Ah-64 Apache, AH-60, S-70 Black Hawk, dan SA-365 buatan Amerika Serikat.
Kemampuan militer Houthi yang awalnya hanya kelompok minoritas Zaidiyah di Yaman Utara, diawali sejarah panjang hubungan dua pemerintahan Yaman dengan Uni Soviet di era perang dingin.
Pada tahun 60an, Moskow menandatangani perjanjian kerja sama dengan Republik Arab Yaman atau Yaman Utara, yang wilayahnya meliputi sebagian besar wilayah yang dikuasai Houthi.
Uni Soviet juga merajut pertemanan dengan Republik Demokratik Rakyat Yaman atau Yaman Selatan, wilayah yang kini sebagia dikuasai Houthi di pesisir Yaman ke Laut Merah.
Kerjasama politik dan keamanan itu melahirkan dukungan senjata ke kedua Yaman, termasuk rudal balistik canggih, pertahanan pantai, antitank, dan teknologi rudal antiudara.
Ada sejumlah senjata modern kala itu yang kini digunakan Houthi Yaman, seperti sistem rudal beroda rantai 2K12 Kub/Kvadrat atau nama versi NATO adalah SA-6 ‘Gainful’.
Rudal lawas ini telah dimodernisasi Houthi menjadi rudal darat ke udara Franken atau Fater-1. Houthi juga memodernisasi rudal darat ke udara S-75 Dvina, atau nama NATOnya SA-2 Guideline.
Yaman juga mewariskan rudal darat ke udara S-125 Neva/Pechora atau versi NATOnya SA-3 Goa, varian yang diterima Yaman pada tahun 70-an dan 80-an.
Soviet juga mengirimkan rudal darat ke udara jarak pendek 9K31 Strela-1 atau SA-9 Gaskin yang bisa dipasang di kendaraan tempur.
Masih banyak jenis peluru kendali jarak pendek maupun sedang yang dipasok Uni Soviet ke Yaman, dan kini efektif digunakan Houthi.
Ada juga sejumlah sistem radar jarak pendek maupun jarak jauh seperti radar pita G/H 26 kW 1S91 SURN yang berjangkauan hingga 75 kilometer untuk sistem rudal Kub dan Kvadrat.
Stok lama buatan Uni Soviet itulah yang kini jadi penopang kemampuan udara Houthi Yaman setelah merebut kekuasaan di ibu kota Sanaa pada 2017.
Produk-produk Uni Soviet itu dikirim ke Yaman lengkap dengan instruktur dan teknisi yang sangat ahli, dan kemudian terjadi transfer pengetahuan serta sistem teknologinya.
Penyesuaian-penyesuaian dilakukan karena produk Eropa Timur itu ditempatkan di wilayah yang sangat ekstrem geografi dan cuacanya.
Sistem rudal Kub atau kuadrat pada akhirnya terbukti punya daya tahan lama, masih relevan dan sangat efektif menandingi kehebatan teknologi drone termodern barat.
Kelompok militer Houthi sukses memaksimalkan kemampuan persenjataan lama dari era perang dingin itu di medan tempur Yaman yang sangat terbuka.
Houthi bahkan menemukan cara mengubah jenis bahan bakar rudal antipesawat era Soviet, dari bahan bakar propelan yang rumit, menjadi bakar minyak tanah murni yang mudah diproduksi.
Inovasi dan modifikasi ini tidak dilakukan Houthi sendirian. Setelah Soviet bubar, koneksi Yaman ke Rusia relatif terbatas.
Tapi Houthi memiliki kedekatan dengan Iran, yang jauh lebih ahli di bidang pengembangan senjata. Iran juga sebagian menguasai teknologi senjata eks Soviet.
Secara rahasia, para ahli senjata Iran membantu Houthi mengembangkan rudal-rudal baru khusus untuk target kapal laut.
Teheran juga membantu Houthi mengembangkan drone-drone intai maupun drone penyerang, serta sistem rudal balistik jarak jauh.
Drone Houthi yang menembus Tel Aviv dan rudal balistik Yaman yang menghantam kota Eilat Israel adalah petunjuk kuat, ada kekuatan yang memberi bantuan teknologi pemandu dan penginderaan jarak jauh.
Houthi tidak memiliki teknologi ini. Karena itu faktor Iran dan mungkin Rusia, memiliki andil sangat besar atas sukses Ansharullah Yaman.
Kelebihan ini masih ditambah petempur Houthi Yaman cepat beradaptasi dengan teknologi baru, serta sarat pengalaman menghadapi arsenal militer barat.
Gerilyawan Houthi dikenal memiliki spirit dahsyat, kenyang penderitaan, dan terbiasa bergerak dengan dukungan sarana prasarana seadanya.
Sejak lama, petempur infantri Houthi atau Ansharullah Yaman dikenal sebagai para pejuang bersandal jepit, bersarung, dan menggendong tas ransel perbekalan.
Meski begitu, mereka tergolong para prajurit yang tidak hanya memahami teknologi barat, taktik barat, dan tahu cara menghadapinya dengan biaya sangat rendah.
Meremehkan Houthi akan menjadi kesalahan besar, dan itu yang sedang terjadi. Pentagon umumnya menunjukkan kecenderungan berbahaya untuk meremehkan musuh-musuhnya.
Akhirnya koalisi Arab gagal menundukkan Houthi, dan barat pun susah payah menghadapi perlawanan mereka.
Keberadaan kelompok Houthi atau Ansharullah Yaman di peta besar konflik Timur Tengah kini menjadi sangat signifikan.
Mereka menjadi proksi Iran, dan bahkan kemungkinan besar Rusia, guna memberi perimbangan atas hegemoni Amerika Serikat dan dominannya kekuatan udara Israel di kawasan ini.
Menyusul tewasnya Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas di Teheran dan Fuad Shukr tokoh Hizbullah Lebanon di Beirut, posisi Houthi Yaman bisa menjadi semakin berbahaya.
Iran bisa menjadikan wilayah kekuasaan Houthi Yaman sebagai titik peluncuran serangan jarak jauh ke Israel.
Ini adalah solusi blokade wilayah udara Yordania dan Arab Saudi, yang tidak mengizinkan digunakan sebagai jalur lintasan rudal balasan ke Israel.
Houthi Yaman telah memperlihatkan kekuatan mereka yang layak ditakuti. Kapal-kapal tanker dan logistik terkait Israel telah ditenggelamkan di Laut Merah.
Amerika Serikat dan Inggris yang berusaha keras menundukkan Houthi Yaman, gagal total, tak berkutik.
Wilayah Yaman yang tandus bergunung-gunung, jadi kuburan menakutkan bagi kekuatan asing yang berupaya melumpuhkan kelompok Houthi.
Mereka terseok-seok melawan petempur bersandal jepit yang lahir dari rahim revolusi warna di Timur Tengah.(Tribunnews.com/Setya Krisna Sumarga)