Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Rontoknya Bisnis Volkswagen, Jerman Kena Tulah Memusuhi Rusia
Mahalnya biaya energi setelah pasokan migas Rusia dihentikan membuat Volkswagen kelimpungan. Biaya produksi dan operasional juga menjulang.
Editor: Setya Krisna Sumarga
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA – Manajemen Volkswagen, produsen otomotif terbesar di Eropa dan penopang utama ekonomi Jerman, berencana menutup sejumlah pabriknya.
Selain itu VW menyorongkan daftar pemutusan hubungan kerja. Rencana PHK yang menyakitkan ini merupakan pukulan telak bagi Volkswagen, ekonomi Jerman dan juga Eropa.
Kepala Keuangan Volkswagen Arno Antlitz dan Kepala Brand VW Thomas Schaefer menyampaikan rencana iu 4 September 2024, di Wolfsburg, pabrik terbesar VW di Eropa.
Kepala Serikat Pekerja Volkswagen Daniela Cavallo menolak rencana penutupan 6 pabrik dan PHK itu belum pernah terjadi dalam sejarah VW.
Manajemen VW ingin menghemat keuangan hingga 10 miliar euro (Rp 172 triliun). Sampai 2026, VW menargetkan bisa mendapat profit margin 6,5 persen atau naik dari sebelumnya 2,3 persen.
Manajemen Volkswagen dan Serikat Buruh Volkswagen akan bernegosiasi lagi pada Oktober 2024, mendiskusikan lebih intens opsi-opsi yang ditawarkan Volkswagen.
Baca juga: Kanselir Olaf Scholz: Jerman Tidak akan Jatuh ke Jurang Resesi Tahun Ini
Baca juga: Hasil Pemilu Buruk, Kanselir Jerman Mendadak Ingin Damaikan Rusia-Ukraina, Usulannya Rugikan Kiev
Di sisi lain, Kanselir Jerman Olaf Scholz menyerukan upaya baru mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina. Scholz memperlihatkan rasa cemasnya atas berlarutnya perang Ukraina.
Pemimpin itu menyampaikan pernyataannya dalam wawancara yang disiarkan televisi ZDF, Minggu 8 September 2024.
"Saya yakin sekarang adalah saatnya untuk membahas cara mencapai perdamaian dari keadaan perang ini, bahkan dengan kecepatan yang lebih tinggi," Scholz.
Meskipun awalnya enggan memberikan bantuan militer ke Ukraina, Berlin telah menjadi salah satu pendukung utama Kiev di tengah konflik tersebut.
Jerman telah memasok Ukraina berbagai perangkat keras, termasuk tank tempur utama Leopard 1 dan 2, serta kendaraan tempur infanteri Marder.
Komentar Scholz tentang mencapai perdamaian di Ukraina sesegera mungkin muncul saat ia terus berjuang dengan berbagai masalah dalam negeri.
Menurut jajak pendapat yang diterbitkan ZDF, sekitar 77 persen warga Jerman menganggap Scholz sebagai pemimpin lemah.
Jajak pendapat tersebut tampaknya menandai peringkat persetujuan terburuk yang ditunjukkan oleh Scholz selama masa jabatannya, dengan sekitar 74 persen responden tak mempercayai tokoh ini.