Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Sejarah Napoleon, Hitler, dan Usaha Gagal Menaklukkan Rusia
Sebanyak 380.000 tentara Prancis tewas dan 100.000 tertangkap selama usaha penaklukan Rusia p;eh Napoleon Bonaparte.
Editor: Setya Krisna Sumarga
Ketika sisa-sisa pasukan utama Prancis menyeberangi Sungai Berezina di akhir November 1812, hanya tersisa 27.000 prajurit dari 680.000 tentara yang berangkat.
Sebanyak 380.000 tentara Prancis tewas dan 100.000 tertangkap selama perang di Rusia. Setelah menyebrangi Berezina, Napoleon pulang duluan ke Paris meninggalkan pasukannya.
Ini titik kehancuran Napoleon sekaligus membuat hegemoni Prancis di Eropa dan Afrika Utara melemah secara drastis.
129 tahun kemudian, Adolf Hitler kembali mengulangi apa yang pernah dilakukan Napolen Bonaparte.
Hitler menggelar Operasi Barbarossa, serangan dahsyat yang bertujuan menaklukkan Uni Soviet yang dipimpin Stalin.
Invasi dimulai 22 Juni 1941. Lebih dari 4,5 juta tentara menyerbu garis perbatasan Uni Soviet sepanjang 2.900 kilometer.
Nama Barbarossa diambil dari Friedrich Barbarossa, seorang Kaisar Romawi Suci yang berusaha membangun dominasi Jerman di Eropa pada abad pertengahan, antara tahun 1152-1190.
Di awal serangan pasukan Hitler sukses meruntuhkan kekuatan Soviet, tapi Jerman meremehkan persatuan rakyat Slavik dan sejarah panjang Perang Patriotik 1812.
Musim dingin akhirnya menghancurkan Wehrmacht, menggagalkan ambisi Adolf Hitler yang ingin menguasai Eropa Raya.
Operasi Barbarossa juga kelak akan mengubah Perang Dunia II, dan akibat-akibatnya masih terasa sampai hari ini.
Di akhir perang, Tentara Merah lah yang pertama kali tiba di Berlin, menggeruduk bunker tempat Hitler mempertahankan ilusi Kerajaan Ketiganya, sampai ia mati.
Perang Ukraina-Rusia saat ini kembali diingatkan mantan Kanselir Jerman Gerhard Schroeder sebagai pengulangan sejarah yang begitu bodh dilakukan elite-elite Eropa dan Amerika.
“Siapa pun yang bermimpi mengalahkan Rusia secara militer perlu belajar sejarah,” kata Gerhard Schroeder.
"Saya sarankan agar setiap orang yang percaya ini melihat buku-buku sejarah. Dari Napoleon hingga Hitler, semua orang gagal karena ini," sambungnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.