Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.
Solihin Kalla di Partai Golkar
Ada kejutan kecil. Karena ada satu nama yang curi perhatian. Padahal selama ini bergeming, menolak godaan atau rayuan masuk parpol. Solihin Kalla.
Editor: Malvyandie Haryadi
Tak banyak yang mengenali Solihin saat itu.
Makanya saat pembawa acara (MC) memintanya maju ke depan dan memperkenalkan, banyak yang terperangah, melongo.
Mereka tak menyangka anak muda berkaos oblong yang baru saja ngeloyor menyelinap diantara mereka tadi putra pengusaha dan politisi nasional Muhammad Jusuf Kalla atau akrab disapa Daeng Ucu.
Seingat saya waktu itu Ihin didaulat sebagai ketua panitia pelaksana pertemuan akbar diaspora saudagar Bugis Makassar yang datang dari seantero nusantara.
Yang jadi topik menarik bukan kegiatannya. Tapi justru sosok dirinya yang digadang-gadang sebagai calon penerus kepemimpinan di perusahaan yang dirintis kakeknya, Hadji Kalla pada 1952 silam.
Boleh dibilang, itulah momen pertama kalinya Ihin tampil ke publik. Apalagi ia memang dikenal pendiam dan jauh dari publikasi dan sorotan lampu.
Dan kini Solihin masuk dunia politik. Secara formal. Dimulai dari partai Golkar.
Meski punya privilege. Kepiawaiannya dalam politik masih perlu diuji. Terutama dalam kontestasi elektoral.
Pebisnis itu kini menjadi politikus. Ia akan bisa membandingkan apakah ilmu dan pengalamannya selama ini bisa membuatnya beradaptasi mulus dengan realitas politik di lapangan. Biar waktu yang menjawab.
Setidaknya Ihin memang harus membuktikan dirinya adalah generasi yang bukan hanya bisa nebeng ketokohan bapaknya. * ().