VIDEO Jembatan Darurat Dari Bambu Bantu Petani Menuju ke Sawah
dilintasi jembatan darurat tersebut bergoyang, diperuntukkan untuk pejalan kaki saja
Editor: Bian Harnansa
Laporan Wartawan Banjarmasin Post, Mukhtar Wahid
TRIBUNNEWS.COM, PELAIHARI - Pasca rusaknya jembatan kayu di Dusun Pamanaran RT 25 Kelurahan Angsau, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanahlaut, pada pertengahan Desember lalu, kini, 50 petani tak lagi harus dibantu perahu karet atau alat bantu penyeberangan berupa susunan drum kosong untuk menuju ke sawah mereka.
Pemerintah Kabupaten Tanahlaut, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Tanahlaut, membuatkan jembatan darurat.
Jembatan darurat itu terbuat dari batang bambu yang dirangkai sehingga membentuk jembatan dengan lantai dari susunan batang pohon galam ukuran kecil.
Jika dilintasi jembatan darurat tersebut bergoyang, karena memang diperuntukkan untuk pejalan kaki saja.
Bagi petani yang ingin membawa hasil sawah dan kebun disediakan rakit darurat berupa susunan drum kosong yang dirangkai menyerupai rakit yang diikat dengan tali agar tak larut jika air pasang.
Sidik mengaku senang karena pemerintah kabupaten Tanahlaut bergerak cepat membuatkan jembatan darurat, sehingga para petani bisa melihat hasil pertanian dan perkebunan mereka.
"Sebelumnya kami tak bisa melintas karena jembatan hanyut dihantam arus air Sungai Tabanio. Tak hanya jembatan ini. Jembatan di desa lain juga mengalami nasib serupa hanyut diterjang air Sungai Tabanio. Padahal hujan hanya satu hari satu malam," katanya.
Sedangkan Mawar, petani di Kelurahan Angsau mengaku tak lagi menyuruh putranya Hidayat untuk berenang menyeberangi Sungai Tabanio karena sudah ada jembatan darurat.
"Sebelumnya anak saya Hidayat terpaksa menyeberang saat jembatan kayu ini rusak. Soalnya ada 25 ekor ternak kambing terjebak karena banjir," katanya.
Ketua RT 25 Kelurahan Angsau, Sutikno membenarkan jembatan ini sudah lama menjadi akses para petani di Kelurahan Angsau.
Tak hanya itu, terkadang menjadi akses jalan petani Kelurahan Pabahanan dan Kelurahan Pelaihari.
"Sekitar 50 petani yang sawah mereka berada di seberang jembatan kayu yang hanyut. Kalau warganya hanya lima kepala keluarga. Makanya perlu dibuatlah jembatan agar usaha pertanian lancar," katanya.