Kreatif, di Tangan Dani Iswanto Hama Ini Jadi Menu Kuliner Lezat dan Komersil
Burung emprit selama ini hanya dianggap hama oleh petani. Di tangan Dani Iswanto (29), burung itu jadi hidangan lezat.
Editor: Willem Jonata
"Banyak pelanggan saya yang mencari codot untuk obat asma, dan banyak yang cocok," ungkapnya.
Selain mampu mengobati asma, menurut Dani, hewan pemakan buah ini juga mampu menaikan kadar HB pada darah. Selain itu emprit juga dipercaya mampu mengatasi kolesterol.
Nurhadi, salah satu pelanggan warung makan ini meyatakan dia adalah orang yang merasakan manfaat mengkonsumsi codot.
"Dulu cucu saya saat berumur empat tahun divonis asma. Saat itu karena merasa kasihan melihatnya harus terapi tiap hari, maka saya ajak makan codot disini. 10 hari berturut-turut makan codot, akhirnya sembuh," ujar Nurhadi.
Sejak saat itu Nurhadi menjadi pelanggan setia warung makan milik Dani tersebut. Selain manfaatnya, ia juga ketagihan menyantap rasanya yang lezat.
Karena cukup banyak peminatnya, dalam dua hari warung makan ini mampu menghabiskan sekitar 300 ekor codot. Sedang untuk emprit jumlahnya bisa mencapai 500 ekor.
Emprit sendiri didapatkan Dani dari para pemburu yang menangkapnya menggunakan jaring di kawasan Bantul. Sedang untuk codot, harus didatangakan dari daerah Kebumen.
Di warung makan yang setiap harinya buka dari pukul 16.00 hingga 21.00 tersebut juga menyediakan landak, bajing/ tupai, dan biawak. Tetapi ketiga jenis binatang ini tidak setiap hari ada. Untuk bajing, hanya bisa ditemui para pelanggan setiap hari Minggu.
Meskipun memiliki rasa yang lezat dan kaya manfaat, tetapi emprit dan codot harganya cukup terjangkau.
Seporsi olahan emprit (baik tongseng maupun goreng) yang berisikan 10 ekor dapat anda nikmati dengan harga Rp.12 ribu. Dan untuk codot, harga per ekornya Rp.10 ribu.