Alasan Kain Songket tak Laku di Pasaran Menurut Jusuf Kalla
Oleh sebab itu kain Songket asli, hanya bisa menjadi kebanggaan daerah saja.
Penulis: Lendy Ramadhan
Editor: Mohamad Yoenus
Laporan Wartawan Tribunnews, Lendy Ramadhan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla membuka Indonesia Handicraft Fair (Inacraft) ke 18 di Jakarta Convention Center (JCC), Jl. Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (20/4/2016).
Dalam acara tersebut Mantan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat itu didampingi istrinya Mufidah Jusuf Kalla, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno.
Tampil mengenakan batik dengan warna dominan ungu, Mantan Ketua Umum Golkar itu memberikan sambutan.
Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa, produk-produk yang dihasilkan para kerajinan tangan Indonesia yang akan dipasarkan, harus memperhatikan survei pasar, supaya laku, dan menghasilkan pendapatan yang tinggi.
Ia mencontohkan kain tradisional Songket yang dahulu terasa berat, tajam dan mahal, tidak sesuai dengan selera pasar yang menginginkan kelembutan kain dan terjangkaunya harga.
Oleh sebab itu kain Songket asli, hanya bisa menjadi kebanggaan daerah saja.
Untuk dijual dengan skala pasar yang lebih luas, Kain Songket yang terkenal berat dan tajam diperhalus oleh Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas), supaya menjadi lebih nyaman dipakai dan terjangkau harganya.
"Songket contohnya, memang soal Sumatera Barat, Orang Minang itu baik, bagus, tapi berat dan tajam begitu," kata Jusuf Kalla.
"Jadi hanya perhiasan, tidak bisa menjadi barang ekonomis, hanya kebanggaan. Satu kali beli lima tahun baru beli lagi, karena mahal, susah pakainya," ujarnya.
"Tapi Dekranas menadikan lembut dan pakaian biasa dan murah, nah baru bisa jadi ekonomis," tambahnya.
Sebagaimana diketahui Inacraft 2016 digelar untuk memberikan kesempatan bagi UMKM yang menjual produk kerajinan tangan tradisional khas daerah Indonesia, memperluas pasar.
Kali ini yang menjadi icon-nya, Provinsi Sumatera Barat.
Selain stan daerah Indonesai, ada juga stand luar negeri, di antaranya Pakistan. (*)