Rapimnas Kadin, Menpar Arief Bicara Core Ekonomi
Rapimnas KADIN 2016 di Hotel Borobudur, Selasa (1/12), dijadikan momentum penegasan mengapa pariwisata cikal bakal backbone ekonomi bangsa.
TRIBUNNEWS.COM - Rapimnas KADIN 2016 di Hotel Borobudur, Selasa (1/12), dijadikan momentum penegasan mengapa pariwisata cikal bakal backbone ekonomi bangsa.
Sektor yang ditempatkan sebagai prioritas pembangunan nasional selain infrastruktur, pangan, energi dan maritime itu diprediksi bakal menjadi centrum dan tulang punggung perekonomian Indonesia. Pariwisata itu masa depan Indonesia.
“Untuk Indonesia, pariwisata sebagai penyumbang PDB, devisa dan lapangan kerja yang paling mudah dan murah,” ujar Menpar Arief Yahya di agenda yang dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo itu.
Pada Diskusi Panel sesi III yang ikut dihadiri Ketua OJK Muliaman Hadad, Menteri Koperasi dan UKM Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga, Kepala BKPM Thomas Lembong, Kepala Bekraf Triawan Munaf, serta Dirut Bank BRI Asmawi Syam itu, semua potensi besar tadi dipaparkan Arief Yahya dengan sangat detil.
Dari sisi PDB, pariwisata sudah menyumbangkan 10% PDB nasional. Prosentasenya tertinggi di ASEAN. Angka pertumbuhan PDB pariwisata nasional? Lumayan tinggi.
Saat ini, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8% dengan trend naik sampai 6,9%, jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan.
“Performance pariwisata terus menanjak dan optimisme itu kian terbentuk,” katanya.
Devisa pariwisata juga tak main-main. Angkanya menembus USD 1 juta dan menghasilkan PDB USD 1,7 juta atau 170%. Itu terbilang tertinggi dibanding industri lainnya.
“Jadi kalau selama ini orang mengkategorikan industri itu menjadi migas dan non migas, maka kelak industri itu akan menjadi pariwisata dan non pariwisata,” kata Arief.
Rangking dari devisanya? Ada di posisi empat besar penyumbang devisa nasional. Prosentasenya mencapai 9,3% dibandingkan industri lainnya.
Dan bila ditarik ke prosentase pertumbuhan penerimaan devisa, pariwisata bahkan memperlihatkan pertumbuhan yang paling menggembirakan. Prosentase pertumbuhannya paling tinggi. Angkanya menembus 13%.
Urusan lapangan kerja, pariwisata juga bisa menjadi solusi. Pariwisata itu penyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4% secara nasional dan menempati urutan ke-4 dari seluruh sektor industri.
Angka pertumbuhannya mencapai 30% dalam waktu 5 tahun. Cost-nya? Sangat murah. Marketeer of The Year 2013 itu dengan tegas menyebut pariwisata sebagai pencipta lapangan kerja termurah.
“Memang termurah. Pariwisata bisa meng-create job opportunity hanya dengan USD 5.000/satu pekerjaaan. Coba banding dengan rata-rata industri lainnya yang sudah sebesar USD 100.000/satu pekerjaan,” kata Arief di hadapan anggota KADIN yang hadir di Hotel Borobudur itu.
Atas dasar potret perekonomian yang seperti tadi, dengan cepat bisa diraba bahwa pariwisata memang sektor yang paling seksi untuk dijadikan core business.
Saat ini ada lima yang menjadi prioritas nasional, yakni infrastructure, pangan, energi, maritim, dan pariwisata.
Di belahan bumi manapun, pariwisata tetap jadi primadona. Meskipun krisis global terjadi beberapa kali, jumlah perjalanan wisatawan internasional tetap menunjukkan pertumbuhan yang positif. Dari 25 juta (1950), 278 juta (1980), 528 juta (1995), 1,14 miliar (2014), hingga mencapai 1,18 miliar (2015).
Hal lainnya, efek domino dari pariwisata itu dahsyat dan sangat signifikan. Dari data World Bank, setiap belanja USD 1 akan mendorong dan menggerakkan sektor ekonomi lain minimal USD 3,2.
Dan pariwisata adalah salah satu penggerak dari sektor utama lainnya, seperti ekonomi, globalisasi, konektivitas, integrasi dan pengembangan sosio-ekonomi.
Dan yang paling penting, pariwisata itu cocok untuk siapa saja. Pria, wanita, muda, tua, paruh baya, berasal darimana saja, dari level apa saja, semua butuh pariwisata.
“Karena itu, kami semakin yakin, apa yang diputuskan Presiden Joko Widodo itu sudah berada di rel yang benar. Pariwisata menjadi salah satu sektor prioritas, selain Infrastruktur, Energi, Pangan dan Maritim. Kita punya semua potensi yang dibutuhkan untuk menghidupkan pariwisata
sebagai pendongkrak ekonomi nasional,” ujar Arief Yahya.
Lalu bagaimana implementasi ke depan? “Semangatnya harus Indonesia Incorporated. Negara ini hanya akan dapat memenangkan persaingan di tingkat regional dan global apabila seluruh Kementerian/Lembaga yang ada bersatu padu untuk fokus mendukung Core Business yang telah ditetapkan. Maju serentak tentu kita menang,” katanya.