TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar bahan pangan Indonesia kerap kali bermasalah dengan naik turunnya harga yang tak terkendali. Salah satu penyebabnya adalah impor dan kartel bahan pangan, Senin (25/3/2013).
Menurut Bustanul Arifin, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian Universitas Lampung, Indonesia harus melakukan penyehatan struktur pasar. Langkah pertama yang bisa diambil adalah menyehatkan produksi dalam negeri.
"Kalau di hulu beres sangat mungkin kita membuat kartel di negara lain. Alangkah baiknya mengusai pasar luar negeri. Seandainya kita tidak tergantung dari impor, mungkin kondisinya tidak seburuk ini, mungkin juga salah," ujar Bustanul saat diskusi di Akbar Tanjung Institute, Jakarta.
Kedua, pembenahan sistem informasi harga. Info pasar akan mengurangi inefisiensi perdagangan di tingkat lapangan. Ketiga, pembenahan informasi ini dibarengi dengan aplikasi informasi baru.
"Terus terang tidak ada yang menindaklanjuti harga, dulu jaman pak Harmoko di radio ada info harga bawang merah, sekarang tidak ada. Dan itulah cikal bakal praktek kartel ini, info tidak pernah terbuka," jelasnya.
Keempat, pemerintah harus membenahi administrasi perdagangan dalam negeri dan luar negeri. Pasalnya, Kementerian Perdagangan tidak mempunyai data administrasi gudang pergadangan. Kelima, pemerintah bersama dengan KPPU dan parlemen (DPR) sebaiknya harus saling menguatkan dalam segi peraturan.
Keenam, peningkatan kapasitas pertanian, dalam hal ini manajeman usaha tani dengan memanfaatkan kearifan masyarakat lokal yaitu penyuluh pertanian. Saat ini, jumlah penyuluh pertanian 28 ribu orang. Tetapi setengahnya, 14 ribu orang, akan pensiun tahun ini.
"Sebagian basar ada yang menjadi bupati, mengurusi sekolah, nggak ada yang tertarik mengurusi lapangan. Kelembagaan penyuluhnya berantakan, harusnya diperbaiki, kerena mereka ujung tombak," tandasnya.