News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rupiah Terpuruk

Produsen Tahu Tempe Akan Mogok Produksi Tiga Hari

Editor: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bambang, perajin tempe, menyiapkan tempe yang telah dibuat di pabrik pembuatan industi tempe rumahan di Jalan Dr Sutomo, Gang 2, Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu, Samarinda, Kalimantan Timur, beberapa waktu lalu. Melejitnya harga kedelai mulai dari Rp 380 ribu per 50 kg menjadi Rp 450 ribu semenjak sebulan lalu, membuat produsen dan penjual tempe menjerit. Mereka terpaksa mengecilkan ukuran potong per tempe agar bisa terus berjualan demi memenuhi kebutuhan hidup. TRIBUN KALTIM/NEVRIANTO HARDI PRASETYO

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Melemahnya kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat harga kedelai melonjak. Ketua DPD Koperasi Perajin Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Jabar, Asep Nurdin, mengatakan, harga jual kedelai dalam beberapa hari terakhir naik drastis.

"Pada level pengecer, kini harga kedelai Rp 9.000 per kilogram. Sedangkan level importir Rp 8.850 per kilogram," kata Asep saat dihubungi Tribun, Sabtu (24/8/2013).

Menurutnya, kondisi saat ini lebih parah daripada kenaikan beberapa waktu lalu. Saat itu,  harga memang naik. Akan tetapi, pasokannya tergolong aman. "Yang terjadi sekarang, harga mahal, pasokan minim," katanya.

Asep meneruskan, adanya kondisi ini membuat tidak sedikit para perajin tahu tempe yang setop produksi. Asep pun telah menerima surat pemberitahuan mengenai berhentinya produksi para perajin itu. Para perajin yang setop produksi itu adalah yang kapasitas produksinya maksimal 50 kilogram per hari, karena mereka tidak sanggup lagi menanggung biaya operasional yang tinggi.

Asep mengaku belum mengetahui secara pasti berapa jumlah perajin yang akhirnya setop produksi. Meski begitu, perkiraannya cukup banyak karena jumlah perajin yang tercatat sebagai anggota Kopti sekitar 10.000 orang. Perkiraannya jumlah perajin tahu tempe yang produksinya tidak melebihi 50 kilogram per hari sekitar 1.000 orang.

Asep berpendapat, jika pemerintah tidak melakukan upaya strategis untuk menyikapi pelemahan rupiah, pihaknya mengkhawatirkan harga kedelai terus meninggi karena kedelai merupakan komoditas yang diimpor para perajin.

"Kami ingin, harga jual kedelai tidak lagi naik. Untuk itu, kami harap pemerintah segera bersikap dan bertindak strategis dalam mengatasi permaslahan ini," tegasnya.

Sementara di Jakarta, Wakil Ketua Puskopti DKI Jakarta, Suyanto, yang juga menjabat Sekretaris Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Gakoptindo), menegaskan produsen tempe dan tahu di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya, akan melakukan mogok produksi massal selama tiga hari.

Aksi mogok ini dilakukan agar pemerintah melakukan langkah strategis mengendalikan harga kedelai impor. Aksi mogok produksi ini pernah dilakukan tahun 2012 lalu saat harga kedelai impor melonjak tajam dan tak terkendali.

"Sudah diputuskan dalam rapat kemarin, kami akan mogok produksi. Kapan akan dimulainya belum ditentukan, karena keputusan ini akan kami bawa ke rapat Gakopti (Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia) terlebih dahulu," kata Suyanto.

Menurut Suryanto, Badan Urusan Logistik (Bulog) seharusnya segera merealisasikan Peraturan Presiden nomor 32 tahun 2013 tentang penugasan kepada Bulog untuk Pengamanan harga dan Penyaluran Kedelai serta Permendag nomor 26/M-DAG/PER/5/2013 yang menyatakan harga beli kedelai kepada petani dipatok Rp 7.000 dan harga ke perajin Rp 7.450.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini