TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketika Jusuf Kalla berlibur ke desa-desa di Indonesia Timur, ia merasa heran mengapa selalu yang dihidangkan adalah anggur. Keherannanya ini membuatnya bertanya, mengapa tidak buah-buah yang orang Indonesia banyak tanam?
Ini menjadi salah satu contoh betapa orang Indonesia sendiri tidak mau menggunakan produknya sendiri. “Kenapa yang dihidangkan harus anggur? Mengapa tidak yang lain (buah yang produksi Indonesia) saja?” tanya JK dalam Dialog Santai antara JK dengan Kadin dan juga tokoh Bali, Senin sore (13/1/14) di Bali.
Di era perdagangan terbuka seperti ini, sudah tidak mungkin suatu negara melarang negara lain untuk mengekspor produknya ke negara lain. JK menjelaskan bahwa jika negara anda terapkan tarif, maka produk anda juga akan kena tarif. Apalagi, sekarang negara-negara banyak yang terikat dengan WTO.
“Untuk melarang impor adalah kemampuan dan kemauan kita. Jalan tarif tidak mungkin. Kita ikut WTO, maka kalau kita tarif maka kita juga kena tarif juga,” kata JK yang disambut anggukan tamu-tamu dialog.
Maka dari itu, ungkap JK, kunci dari kemandirian bangsa adalah kemauan dan kemampuan bangsa itu sendiri, yakni semangat kemandirian dari penduduknya. Penduduk Indonesia harus keras pada diri sendiri, kata JK.
JK yang memang konsisten mendorong kemandirian bangsa, mengatakan bahwa penduduk kita banyak yang terlena dengan orang asing. Setelah itu tidak yakin dengan kemampuannya sendiri.
“Kita (warga Indonesia) harus keras pada diri sendiri. Kita terlalu terlena dengan kemampuan asing!” Kata Wakil Presiden RI 2004-2009 ini.
Dalam acara yang diinisiasi Ketua Umum Kadin Bali Gede Sumarjaya Linggih itu, JK juga menceritakan kegigihannya mendorong pembangunan bandara-bandara dalam negeri dengan tangan, kantong, dan otak sendiri. Buktinya, cerita JK, ketika ia tegas mendorong, Bandara Medan, Lombok dan di Makassar berhasil dibangun oleh tangan-tangan anak negeri sendiri.
“Bandara-bandara itu kita bangun dengan tangan sendiri. Buktinya bisa. Kenapa harus tergantung asing?” ujar mantan wakil presiden ini.