News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Harga Saham PGN Anjlok, Ekonom Salahkan Pertamina dan Kementerian BUMN

Penulis: Sanusi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pekerja menyelesaikan penyambungan jaringan pipa gas sepanjang 18 KM dari Panaran - Tanjung Uncang milik Perusahaan Gas Negara (PGN), Batam, Kepulauan Riau, Rabu (19/6). Proyek infrastruktur gas senilai Rp 183 miliar ini dibangun sebagai antisipasi pasokan gas dari Premier Oil melalui kesepakatan antara PLN dan Universal Batam Energy. TRIBUN BATAM/ARGIANTO DA NUGROHO

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pihak yang paling bersalah dan harus bertanggung jawab atas turunnya harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) adalah PT Pertamina (Persero) dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Hal tersebut disampaikan oleh EkonomĀ  Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) , Drajad Wibowo.

Menurutnya, kedua pihak tersebut paling bersalah karena mengeluarkan isu akuisisi PGN dengan PT Pertamina Gas atau PT Pertagas. Padahal akuisisi tersebut belum solid argumen mengenai biaya dan manfaatnya.

"Yang salah adalah pemerintah sendiri, terutama Pertamina dan Kementerian BUMN. Mengapa isu sensitif ini sampai muncul? Di sisi lain, benefit dan cost dari akuisisi tersebut tidak solid argumennya. Saya yakin ada penggorengan saham," ucapnya.

Melihat hal tersebut dia juga meyakini ada penumpang gelap dalam isu akuisisi tersebut. Para penumpang gelap tersebut kata dia ingin mendapatkan keuntungan dari turunnya harga saham PGAS. Walaupun susah membuktikan siapa penumpang gelap tersebut.

"Biasanya kalau ada isu akuisisi, harga terdorong naik. Ini malah turun. Sepertinya ada penumpang gelap yang belum punya saham PGAS, lalu mau ambil murah, nanti menjelang akuisisi, baru harga naik. Penumpang gelap ini dapat gain. Siapa dia? Mudah menduganya, tapi susah membuktikannya kecuali melalui investigasi yang bersih," ungkapnya.

Seperti diketahui, saham PGAS merosot sejak adanya isu akuisisi itu pada Oktober tahun lalu, yakni dari Rp 5.450 menjadi di kisaran Rp 4.700 pada pekan lalu. Akibat penurunan saham sejak Oktober itu, negara menderita kerugian sekitar Rp 15 triliun.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini