TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) tetap pada pendiriannya untuk melakukan pengetatan kebijakan ekonomi moneter dengan menetapkan suku bunga di level 7,5%. Suku bunga BI disinyalir akan sulit diturunkan sebagai antisipasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed dan kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan memprediksi, suku bunga acuan The Fed akan mulai dilakukan pada Juni 2015.
"Akibatnya dua tahun ke depan suku bunga tidak dipangkas dulu," ujarnya di Jakarta, Rabu (16/4/2014).
BI akan mengantisipasi risiko arus modal keluar yang akan terjadi apabila suku bunga The Fed dinaikkan. Selain itu, menurut Fauzi, suku bunga yang tetap dipertahankan 7,5% selama dua tahun ke depan juga sebagai antisipasi kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Dirinya memperkirakan akan terjadi kenaikan BBM bersubsidi, entah itu pada pemerintahan sekarang ataupun pada pemerintahan baru mendatang. Akibatnya inflasi akan meninggi.
Perkiraan Standard Chartered, kalau kenaikan BBM terjadi tahun ini maka inflasi bisa mencapai 7,5%-8%. Kalau tidak terjadi kenaikan maka inflasi bisa ditekan pada level 5%. (Margareta Engge Kharismawati)