TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Serangan virus komoditas udang Tiongkok dan Vietnam ternyata belum mereda hingga pertengahan tahun ini. Hal ini yang menyebabkan negara buyer atau importir khususnya dari Amerika Serikat dan Eropa mulai mengincar udang dari negara-negara lain termasuk Indonesia, terutama Sumut.
Fitra Kurnia, Kepala Seksi Ekspor Subdis Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperindag) Sumut, Senin (25/8/2014).
Selain negara-negara di Eropa seperti Belanda, Italia, dan Belgia, permintaan juga melonjak dari negara-negara di Asia seperti Korea dan Malaysia.
Sentra udang di Sumut yang berasal dari Langkat, Batubara, Serdangbedagai, Asahan, dan Labuhan Batu tak lagi mencukupi permintaan importir. Hal ini membuat eksportir memasok udang dari daerah lain seperti Lampung dan Kalimantan.
"Lonjakan permintaan udang ini memaksa para ekportir memasok udang dari luar sentra produksi udang di Sumut di antaranya Lampung dan Kalimantan untuk memenuhi permintaan udang dunia," ucapnya.
Dikatakannya, dari bulan ke bulan nilai ekspor udang dari Sumatera Utara (Sumut) terus melambung. Hingga semester I 2014 ini lonjakan nilai ekspor udang produksi sumut cukup tajam hingga 87,2 persen menjadi 185,4 juta dolar AS berdasarkan Berdasarkan data Surat Keterangan Asal (SKA). Padahal periode yang sama tahun lalu, ekspor udang Sumut hanya 98,9 juta dolar AS.
Tak hanya meningkat dari sisi nilai ekspor, tetapi juga ternyata peningkatan juga terjadi dari sisi volume. SKA mencatat volume ekspor udang Sumut ini hingga Juli 2014 sebesar 16.504 ton. Sementara periode yang sama tahun lalu volume ekspor udang Sumut hanya 10.557 ton.
Hal ini menguntungkan eksportir udang. Bahkan, eksportir udang sampai kewalahan memenuhi permintaan yang membeludak tersebut.
"Sejak adanya penolakan dari kedua negara tersebut terhadap udang-udang dari Tiongkok dan Vietnam awal tahun ini, permintaan akan udang kita terus meningkat," ujarnya.
Walau demikian, ternyata produksi udang tidak terlalu diminati di Sumut. Hal tersebut dikatakan Firsal Mirza, Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sumut. Walau cukup menjanjikan karena permintaannya yang tinggi, pengusaha Sumut lebih memilih komoditas lain dibanding udang dan ikan laut lainnya.
Risiko yang tinggi menurutnya menjadi faktor utamanya. "Mereka merasa lebih baik menanam kelapa sawit atau karet dan lainnya yang resikonya sudah bisa diperhitungkan. Berbeda dengan komoditas udang dan lainnya yang resikonya tinggi dan tak terduga," katanya.
Belum lagi soal sulitnya prolehan dana pinjaman untuk mengembangkan komoditas ini.(abe)