TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia AirAsia akhirnya memberikan jawaban resmi terkait "tudingan" Bea Cukai Soekarno Hatta, Tangerang, yang menyebutkan penyelundup lebih banyak naik AirAsia dibandingkan maskapai lain.
Head of Corporate Secretary and Communications Indonesia AirAsia, Audrey Progastama Petriny, mengatakan AirAsia tentu tidak mendukung adanya praktik penyelundupan narkoba atau barang berbahaya.
"AirAsia juga senantiasa mendukung gerakan anti penyalahgunaan narkoba dengan, antara lain mengumumkan di dalam setiap penerbangan tentang bahaya narkoba dan hukuman apabila membawa narkoba," kata Audrey melalui pesan singkat, Kamis (16/4/2015).
Menurut Audrey, AirAsia akan terus meningkatkan kerjasama dengan pihak-pihak berwenang terkait hal ini. "Sebagai maskapai pemimpin di rute internasional, kami tentu membutuhkan dukungan dari pihak-pihak berwenang yang memiliki keahlian dan kapabilitas menghalau penyelundupan narkoba dan tindakan kriminalitas lainnya."
Sebelumnya, Direktorat Jenderal Bea Cukai Kementerian Keuangan mengatakan bahwa penyelundupan narkoba ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta melalui berbagai maskapai penerbangan. Namun, Ditjen Bea Cukai menyebut Air Asia sebagai maskapai penerbangan yang masuk kategori high risk karena penumpang dari maskapai penerbangan tersebut paling banyak melakukan penyelundupan narkoba.
"Sering terjadi pembawaan narkoba dari sana (Air Asia). Semantara itu untuk negara paling banyak dari Malaysia, Singapura dan China karena memang transisinya di sana ," ujar Direktur Penindakan dan Penyidikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Harry Mulya di Bandara Soetta, Tangerang, Rabu (15/4/2015).
Lebih lanjut kata dia, penyelundupan narkoba melalui maskapai Air Asia mencapai 80 persen dari total penyelundupan narkoba melalui Bandara Soetta. Harry tak tahu persis alasan para pengedar narkoba itu memilih Air Asia untuk menyelundupkan barang haram itu.
Namun, bisa jadi kata dia karena Air Asia merupakan maskapai berbiaya murah. "Maskapai itu kan, sekali pesan bisa langsung dapat tiket. Jadi dengan analisa profil penumpang, pass record, info dari teman-teman dari luar, atau Interpol, bisa diolah di sini. Kita bisa tahu target mana yang akan kita periksa lebih dalam," kata dia.