Setelah mengikuti seminar, biasanya peserta membeli software Alfafa. Tiap minggu, setidaknya bisa terjual software pada 75 orang hingga 100 orang. Nah, dalam sebulan saya bisa meraup penghasilan sekitar Rp 400 juta. Sekarang, penjualan software mendominasi pemasukan Alfafa.
Koneksi dan fokus
Salah satu orang yang tertarik untuk menjadi agen Alfafa adalah Eka Sihotang. Karyawan swasta ini membeli software pada 1 November 2014 lalu. Dia menjalankan usaha agen tiket ini sebagai bisnis sampingan.
Eka memberi nama usahanya Love Jalan (Loja) Travel. Dalam satu bulan pertama, bertepatan dengan persiapan libur akhir tahun, dia berhasil mendapatkan untung Rp 700.000. “Itu keuntungan karena bisnis ini berjalan tanpa modal,” ujar dia. Pasalnya, tiket pesawat akan dipesannya, setelah konsumen mentransfer sejumlah uang sesuai harga tiket. Modal yang dikeluarkan berupa deposit yang dipakai untuk pembelian pulsa. Minimal deposit Rp 500.000.
Eka bilang, penjualan terbanyak adalah tiket pesawat. Dari penjualan tiket ini, dia memperoleh untung 2%–3% dari harga jual tiket. Setelah tiket, penjualan laris lainnya adalah pulsa.
Dalam dua bulan selanjutnya, Eka mengaku mendapat untung Rp 1 juta tiap bulan. Bahkan, dia meng-upgrade posisinya dari agen menjadi distributor lantaran ada temannya yang tertarik mengikuti langkahnya. “Kalau jadi agen, saya tak bisa menjual software,” kata dia. Kini, dia sudah memiliki satu agen dan satu distributor.
Lantaran sibuk pada pekerjaannya, Eka mengaku kurang bisa fokus pada pekerjaan ini. Alhasil, dia tak menggarap perannya sebagai distributor dengan serius. Sebulan terakhir, dia juga kurang aktif berbisnis keagenan tiket.
Namun, dia bilang, kunci sukses bisnis ini adalah banyak jaringan dan fokus. “Kesuksesan bisnis ini tergantung koneksi, saya selalu rajin broadcast lewat BlackBerry Messenger,” ujar penyuka jalan-jalan ini.
Selain Eka, Danu Raga Aenudin juga tertarik mengikuti langkah Badran. “Saya ikut seminar pada 3 Januari 2015 karena mendengar promosinya di radio,” ujarnya. Awalnya, Danu mendaftar seminar untuk ayahnya yang sudah pensiun.
Dari seminar, Danu mengendus ada tawaran menjadi distributor software unlimited. Awalnya, dia mendapatkan harga Rp 25 juta. “Namun, setelah saya tawar, saya bisa beli seharga Rp 5 juta,” ungkap dia.
Tidak sampai seminggu, Danu mendapatkan username dan password. Lalu dia mengaajari keluarganya cara mengoperasikan software tersebut, karena belum percaya diri untuk memulai usaha tur dan travel. Bahkan, selama bulan Januari, pria 26 tahun ini mengikuti seminar Bardan hingga lima kali. “Ini untuk memantapkan pengetahuan saya mengenai software,” ujar dia. Tak hanya itu, Danu belajar soal cara pemasaran yang bagus untuk usaha agen perjalanan ini.
Lalu, pada Februari Danu mulai usaha dengan nama Maestro Travelindo. Dia menyewa ruko milik teman yang kebetulan juga punya usaha biro perjalanan umrah. “Jadi, untuk modal awal saya keluar Rp 30 juta. Selain untuk membeli software, ikut seminar, sewa tempat, membeli peralatan kantor, modal itu juga untuk menyewa tiga orang lain sebagai karyawan,” ujar dia.
Dia pun mengikuti langkah Bardan dalam mempromosikan usaha software ini di radio dan melalui seminar. Tiap dua minggu sekali, Danu mengadakan seminar. Biasanya, orang yang datang mencapai 50 orang. “Nah, dari beberapa kali seminar, saya sudah punya 40 agen yang bergabung,” ujar dia.
Danu pun mengakui memasang iklan di radio cukup efektif. Namun, hal itu juga harus dibantu dengan seminar. Dia juga bekerja sama dengan agen agar mereka mengajak teman untuk ikut seminarnya.