TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lesunya perekonomian Indonesia karena pemerintah dinilai tidak memberikan terobosan-terobosan. Walau pemerintahan berganti, paradigma atau pendekatan ekonomi sebenanrya sama saja atau tidak berubah.
Hal tersebut disampaikan anggota Komisi XI DPR RI Zulkieflimansyah menanggapi pidoto Presiden Joko Widodo yang menargetkan pertumbuhan ekonomi 5,5 persen.
"Pemerintah kita ini boleh ganti presiden tapi pendekatan ekonomi masih hampir sama. Walau pun Pak Jokowi sadar betul situasi ekonomi tidak mudah, tentu beliau sebagai presiden harus mampu distribusikan harapan buat masayarkat kita. Sangat realistis tentu bisa dipahami," kata Zul dalam diskusi bertajuk 'Catatan RAPBN 2016' di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (15/8/2015) .
Menurut Zul isi pidato Jokowi kemarin di sidang tahunan MPR RI tidak menggambarkan betapa pentingnya memiliki ekonomi berbasis industri. Negara yang tidak memiliki basis industri, lanjut dia, sangat rentan pada goncangan ekonomi.
"Sayangnya di tengah membangun optimsime dalam RAPBN, Pak Jokowi mungkin agak lupa pentingnya industriliasi dan peran private sector. Dan Pak Jokowi lupa peran inovasi tekonlogi dalam pertumbuhan," ujar Zul.
Zul menekankan adalah hal yang mustahil untuk memperkuat industri tanpa adanya inovasi. Untuk itu, Zul mengingatkan agar semua pihak khususnya pemerintah bahwa ekonomi Indonesia tidak bisa lagi menerapkan praktik tambal sulam.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera itu mengkritik pidato Jokowi yang tidak berpihak pada industri strategis yang bisa memperkuat perekonomian berbasis Industri.
"Abainya Pak Jokowi menyoroti persoalan ini perlu diingatkan kembali. Jangan sampai kita berkutat pada angka-angka makro saja," tukas Zul.