Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adiatmaputra Fajar Pratama
TRIBUNNEWS.COM, BENGKULU - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah. Di hari Presiden Joko Widodo merombak enam menteri Kabinet Kerja dan menggantinya dengan yang baru, Rabu (12/8/2015), rupiah menembus Rp 13.800 terhadap dolar AS.
Direktur Utama Bank BNI, Ahmad Baiquni, menjelaskan pelemahan rupiah terjadi karena devaluasi yuan yang dilakukan Tiongkok. Akibat hal tersebut, yuan pun melemah dan berdampak pada nilai ekspor Indonesia.
"Melemahnya rupiah terhadap dolar sebenarnya tidak semata-mata faktor dalam negeri, tapi faktor eksternal," ujar Baiquni dalam acara BUMN Hadir untuk Negeri di Bengkulu, Minggu (16/8/2015).
Menurut dia rupiah bisa kembali menguat jika ekspor di dalam negeri bisa digenjot keluar. Masalahnya, Tiongkok sekian negara yang mengimpor bahan baku dari Indonesia, menurunkan permintaan bahan baku.
"Jangka pendeknya, tujuan pemerintah untuk mendongkrak ekspor ke Tiongkok," ungkap Baiquni.
Baiquni berharap Tiongkok bisa kembali meningkatkan ekspornya. Karena dengan begitu bahan baku yang dibutuhkan dari Indonesia bisa diekspor kembali ke Tiongkok.
"Bagi Indonesia apabila ekspor Tiongkok mengalami kenaikan, pertumbuhannya positif buat indonesia," kata Baiquni.