Seperti diketahui, Steady Safe mengoperasikan kendaraan bus Trans Jakarta melalui sejumlah perusahaan konsorsium.
Steady Safe menggenggam kepemilikan 23,8% saham di PT Trans Batavia yang menjadi operator bus Trans Jakarta untuk koridor 2 dan 3.
Sedangkan di PT Jakarta Mega Trans, Steady Safe menguasai kepemilikan saham 41,18%.
Kemudian di PT Jakarta Trans Metropolitan, SAFE mengantongi kepemilikan saham 19,05%.
Berdasarkan laporan keuangan Steady Safe hingga kuartal ketiga tahun lalu, pendapatan yang berasal dari layanan Trans Jakarta mencapai Rp 8,93 miliar.
Jumlah tersebut merosot 27% dibandingkan pendapatan di periode sama tahun sebelumnya.
Yang pasti, pendapatan dari layanan Trans Jakarta masih menjadi penopang utama kinerja perusahaan.
Kontribusinya sebesar 99% terhadap total pendapatan SAFE. Dengan skema pembayaran per kilometer yang akan diterapkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, maka kinerja keuangan SAFE diharapkan bisa membaik kembali.
Setidaknya, hal ini telah memberikan kepastian kepada operator bus terkait skema pembayaran yang selama ini masih menjadi polemik.
SAFE akan mengoperasikan bus Trans Jakarta dengan menggunakan beberapa merek.
Jika menggunakan bus maksi merek MAN dibayar sebesar Rp 22.734 per kilometer.
Apabila menggunakan bus merek Volvo akan dibayar senilai Rp 22.241 setiap kilometer.
Sumber pemasukan SAFE tampaknya sudah jelas yakni dari layanan Trans Jakarta.
Kini tinggal menyelesaikan persoalan utang.