TRIBUNNEWS.COM, PHOENIX- Freeport-McMoRan Inc. kembali menjual asetnya demi mengurangi beban utang yang menggunung.
Perusahaan tambang berbasis di Phoenix, Amerika Serikat, ini sedang mengadakan pembicaraan dengan calon pembeli saham minoritas aset-aset Freeport di kawasan Afrika dan Amerika.
Laporan Bloomberg, Sabtu (23/4) lalu, mengutip informasi dari tiga sumber yang mengetahui rencana tersebut menyebutkan, aset yang bakal dilepas Freeport adalah aset minyak dan gas (migas) di bawah kendali Phelps Dogde Corp.
Freeport mengakuisisi perusahaan ini tahun 2007 silam dengan harga US$ 9 miliar.
Uang untuk membeli Phelps Dogde ketika itu bersumber dari utang. Freeport membidik dana dari hasil penjualan saham minoritas Phelps Dogde mencapai US$ 2 miliar–US$ 3 miliar.
Selain itu, salah satu sumber Bloomberg bilang, Freeport juga berniat menjual 10% hingga 20% sahamnya di pertambangan di wilayah Utara dan Selatan Amerika, yakni tambang Morenci di Arizona dan Cerro Verde di Peru.
Sekadar mengingatkan, Februari lalu Freeport sudah menjual sebagian saham tambang Morenci senilai US$ 1 miliar kepada Sumitomo Metal Mining Co.
Tambang Morenci merupakan satu di antara lima aset inti milik Freeport selain Cerro Verde.
Tiga aset inti yang menjadi tambang duit Freeport lainnya: tambang Tanke Fungurume di Kongo, El Abra di Cile, serta Grasberg di Indonesia.
Sentimen positif
Sumber Bloomberg mengatakan, dari penjualan saham minoritas, Freeport bisa menekan beban produksi sekaligus mendapatkan uang tunai untuk membayar utang.
Untuk penjualan aset migas di Afrika, Freeport telah mempertimbangkan dengan matang rencana itu selama setahun terakhir, termasuk memangkas gaji dan bonus manajemen guna menghemat beban operasional.
Cuma, manajemen Freeport membantah kabar tersebut. Salah satu produsen emas terbesar di dunia ini menegaskan, mereka tidak sedang membahas penjualan aset migas di Afrika dan tambang di Amerika.
Tapi, Chief Executive Officer (CEO) Freeport Richard Adkerson pada Januari lalu mengatakan, perusahaannya akan terus melego aset demi mengurangi timbunan utang senilai US$ 20 miliar.