TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Worldpanel Indonesia merilis industri fast moving constumers good (FMCG) primer, seperti sabun cuci piring, deterjen, dan larutan pembersih lantai produksi dalam negeri Indonesia masih memiliki potensi yang sangat besar.
Apalagi jumlah penduduk Indonesia mencapai 255,5 juta jiwa dengan jumlah rumah tangga mencapai 65,1 juta dan 68 persen berada pada usia produktif (15 - 64 tahun).
Fanny Murhayati, New Business Development Director Kantar Worldpanel Indonesia mengatakan, setidaknya empat tren “kunci” untuk membaca masa depan pasar FMCG di Indonesia.
Pertama, mengikuti perkembangan saluran distribusi penjualan yakni saluran tradisional dan modern.
Saat ini saluran penjualan tradisional memang masih mendominasi, dikarenakan kondisi geografis dan perkembangan infrastruktur Indonesia saat ini.
Dengan mudah kita dapat menemukan warung, pasar tradisional, atau pedagang kaki lima di sekitar tempat tinggal.
"Maka tidak mengherankan, saat inisaluran penjualan tradisional berkontribusi hingga 80% dari total nilai FMCG. Saluran penjualan tradisional,konsumen lebih memilih untuk membeli produk FMCG berukuran lebih kecil dan dengan harga lebih murah, seperti contohnya kemasan sachet," katanya, Senin (16/5/2016).
Saluran penjualan modern saat ini terus mengalami pertumbuhan, terutama minimarket namun berbeda dengan penjualan tradisional konsumen seringkali memilih sebagai tempat belanja bulanan, terutama untuk supermarket dan hypermarket.
Kedua adalah peningkatan pemahaman konsumen bahwa tubuh yang sehat lebih baik dibandingkan materi yang berkelimpahan.
Beberapa produsen FMCG menyadari hal ini dan melakukan berbagai kegiatan promosi yang berkaitan dengan kesehatan, seperti kegiatan lari pagi atau bersepeda bersama.
"Hasilnya, dibandingkan dengan tahun 2014, beberapa kategori FMCG seperti minuman yogurt dan susu herbal mengalami pertumbuhan positif. Kategori minuman yogurt bahkan berhasil merekrut 1,2 juta rumah tangga sebagai pembeli minuman yogurt sepanjang tahun 2015," katanya.
Ia menambahkan, inovasi merupakan senjata ampuh untuk memenangkan kompetisi di Indonesia sehingga agar dapat terus bersaing, pemain FMCG harus berinovasi dan memadukan citarasa lokal dengan gaya modern.
"Hasilnya adalah produk-produk local yang sukses seperti kosmetik Wardah atau Sidomuncul. Kosmetik Wardah berhasil mendapatkan pertumbuhan nilai hingga 27% pada tahun 2015," katanya.
Kemudoan terjadinya “demam” era digital, dimana berbagai lini kehidupan & aktivitas bergeser menjadi digital, termasuk dalam bidang bisnis atau e-commerce.
E-commerce di Indonesia mengalami kemajuan pesat, bahkan startup teknologi yang paling sering diperbincangkan di Asia Tenggara, Go-Jek, berasal dari Indonesia.
"Namun nilai FMCG e-commerce masih sangat kecil, yaitu di bawah 0,1 persen yang disebabkan oleh mudahnya konsumen untuk mendapatkan produk FMCG dimanapun warung, toko, minimarket, pedagang kaki lima tersedia dimana-mana, sehingga pembelian FMCG secara online belum terasa dibutuhkan," katanya.
Lim Soon Lee, General Manager Kantar Kantar Worldpanel menuturkan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik tahun 2015 kembali melambat.
Ini mempengaruhi para pelaku bisnis maupun konsumen.
"Indonesia, bersama dengan negara-negara lain, juga terkena imbas dari keadaan ini. Dibandingkan dengan tahun 2014 yang tumbuh 14.7%, pada tahun 2015, bertumbuh sebesar 0,7 persen," katanya.
Kondisi ini menyebabkan konsumen Indonesia untuk menyiasati strategi belanja kebutuhan mereka, sepertimengurangi frekuensi belanja dan lebih mengutamakan produk-produk.