TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga gas untuk sektor industri masih di kisaran angka 9 sampai 10 dollar AS per MMBTU. Angka tersebut masih dinilai pelaku industri sangat mahal dibandingkan negara tetangga yang bisa mencapai 4 dollar AS per MMBTU
Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan harga diturunkan di bawah 6 dollar AS per MMBTU demi mendorong produktifitas sektor industri sekaligus menekan biaya operasi produksi di berbagai sektor.
Direktur Jenderal Migas IGN Wiratmaja Puja mengaku untuk menurunkan harga gas industri cukup sulit dilakukan. Karena hal itu, Wirat ingin memprioritaskan beberapa sektor dahulu.
"Harga gas ini cukup kompleks, kita lihat case by case mana yang bisa didahulukan," ujar IGN Wiratmaja Puja, di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (18/10/2016).
Wiratmaja memaparkan sektor pertama yang akan didahulukan harga gas turun dari Pupuk. Industri Petrokimia menurut Wiratmaja merupakan salah satu yang penting.
"Misalnya pupuk. Pupuk, Petrokimia kita prioritaskan duluan, kan sangat butuh," ungkap IGN Wiratmaja Puja
Sedangkan untuk sektor kelistrikan, harga gas bisa diturunkan dari hulunya langsung. Dalam hal ini sudah ada kesepakatan harga gas dari Tangguh dan Bontang untuk pemenuhan kebutuhan pembangkit listrik.
"Listrik kan sudah ada banyak kesepakatan. Misalnya dari Tangguh, Bontang, dan itu sudah bagus harganya," kata IGN Wiratmaja Puja