Dikutip dari Biro Sensus Amerika Serikat, impor Amerika Serikat turun 1,3 persen (mtm) ke level 225,6 miliar dollar AS per September 2016.
Impor barang modal turun 1,7 miliar dollar AS, sedangkan impor barang konsumsi turun 800 juta dollar AS.
Kurs Berpengaruh
Kemenangan Trump berpengaruh terhadap pelemahan kurs dollar AS.
Ini menyebabkan, investor mencari safe haven lain untuk menempatkan dananya. Karena dollar AS melemah, maka aset safe haven pilihan yang muncul adalah emas.
"Kalau emas meningkat harganya, biasanya harga komoditas lainnya juga akan meningkat, bahan tambang lainnya juga ikut meningkat. Kalau tambang lain meningkat, maka tentu akan banyak membantu Indonesia karena kita punya kemampuan ekspor yang cukup besar," ujar Lana.
Gemar invasi
Selain itu, Lana juga memperingatkan tentang hal yang harus dikhawatirkan. Ada kecenderungan presiden AS yang berasal dari Partai Republik beberapa kali melakukan invasi ke negara lain dan akhirnya membuat harga minyak mentah dunia naik.
Bagi Indonesia, kenaikan harga komoditas akan menguntungkan dalam jangka pendek. Namun, perlu diingat bahwa ketahanan energi Indonesia masih rendah, sementara konsumsi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tinggi.
"Harga minyak mentah naik, harga BBM juga naik. Kalau harga BBM naik, tentunya inflasi kita naik. Kalau harga komoditas naik, itu akan diikuti harga komoditas pangan yang naik. Kalau itu naik, inflasi double attack, baik dari makanan maupun bahan bakar," kata Lana.
Kalau kondisi tersebut terjadi, maka bisa saja target pemerintah untuk menjaga inflasi pada kisaran 4 persen di tahun 2017 bisa tidak tercapai. Lana memprediksi, bisa saja target itu meleset dan inflasi berada di atas batas tersebut.
"Kalau harga minyak mentah ke arah 65 dollar AS per barrel, inflasi mungkin bisa ke arah 6,5 persen. Ini perlu kehati-hatian. Artinya, antisipasi ke inflasi ini harus bagaimana karena ada potensi tadi, terkait harga bahan makanan, BBM yang akan naik," ujar Lana.
Reaksi Indonesia
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution pun angkat bicara akan hal ini. Mantan Gubernur Bank Indonesia ini masih menunggu kebijakan-kebijakan apa yang akan diluncurkan Trump untuk negaranya.