TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengembangkan produksi ban vulkanisir atau retread tires untuk kebutuhan industri pesawat terbang.
Selama ini, pasokan ban vulkanisir tersebut masih impor dari beberapa negara.
Asep Riswoko, Direktur Pusat Teknologi Material, Badan Pengajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), mengatakan, untuk pengembangan ban khusus pesawat terbang tersebut, pihaknya telah menggandeng anak usaha maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk, yakni PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia (GMF).
Nantinya, GMF akan bertindak sebagai pembeli ban, sekaligus menjadi pihak yang melakukan sertifikasi ban tersebut ke pihak Airbus dan Boeing.
"Akan ada dua tipe jenis ban yang akan diproduksi, yakni ban vulkanisir untuk ban tipe Airbus dan Boeing. Kedua ban tipe Cessna 208 dan DHC-6 untuk pesawat ukuran kecil," kata Asep, kepada KONTAN, Senin (13/3/2017).
Rencananya, ada dua perusahaan lokal yang akan mengembangkan tipe jenis ban pesawat tersebut. Untuk ban pesawat besar akan diproduksi oleh PT Rubberman Tire Aviation.
Untuk produksi ban pesawat ini, Rubberman mempersiapkan skala produksi 40.000 unit ban per tahun untuk kebutuhan pesawat Garuda Indonesia.
Rubberman selama ini berpengalaman memproduksi ban truk dengan pabrik di Karawang, Jawa Barat.
Soal investasi, Asep mengatakan investasi di luar pabrik antara 3 juta sampai 4 juta.
"Tidak menutup kemungkinan ban tersebut akan dijual juga ke maskapai lain seperti Lion Air," terang Asep.
Ban untuk pesawat Cessna 208 dan DHC-6, nantinya diproduksi PT Ciharas Avia Trade.
Untuk produksi ban pesawat kecil ini, Ciharas Avia Trade telah mempersiapkan pabrik di Tangerang, dengan rencana produksi 20.000 unit ban per tahun.
"Nantinya akan disuplai juga ke maskapai seperti Susi Air," kata Asep.
Dari sisi bahan baku, menurut Asep, pasokannya teramat banyak, mencapai 4 juta ton bahan baku karet alam per tahun.
Ban pesawat menyerap antara 80%-90% karet alam dan sisanya sintetis. Jika proyek ban vulkanisir pesawat tersebut berjalan sesuai rencana, maka ada 2000 ton karet alam yang akan terserap oleh industri ini.
Butuh investor
Aziz Pane, Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), mendukung rencana pengembangan industri vulkanisir ban pesawat tersebut.
Menurutnya, pada rentang tahun 1987-1992 silam, produsen ban ternama, seperti Goodrich dan Dunlop pernah berencana berinvestasi ban vulkanisir pesawat di Indonesia.
"Namun, saat itu terganjal karena Indonesia memasuki krisis ekonomi," kata Aziz dikutip Kontan.
Saat ini, perusahaan ban besar seperti Goodyear, Michelin, Goodrich dan Bridgestone telah memiliki pabrik vulkanisir ban pesawat di Asia.
Lokasi pabrik yang menjadi pilihan adalah Thailand dan Hong Kong.
Azis bilang, produsen ban ternama dunia itu memilih lokasi investasi di negara yang memudahkan produksi ban.
"Kami mendorong agar mereka (investor ban) mau investasi di Indonesia. Karena ban jenis lain mereka sudah produksi di Indonesia, selain dari segi bahan baku Indonesia siap," kata Aziz.
Reporter: Eldo Christoffel Rafael