TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pusat Belanja Thamrin City Jakarta terus mendukung kehadiran usaha kerajinan tenun ikat dari berbagai penjuru Nusantara.
Usaha tenun ikat tidak hanya menghasilkan keuntungan bagi pengrajin tetapi juga melestarikan kebudayaan tenun daerah yang sudah berlangsung turun temurun.
Menurut General Manager Operasional Thamrin City, Adi Adnyana, keberadaan para pengrajin tenun yang memasarkan produk kerajinan tenun ikat di Thamrin City terus bertambah dari tahun ke tahun.
“Penambahan dari segi jumlah pengrajin yang berjualan maupun penambahan toko-toko yang memasarkan produk tenun ikat, terlihat dari berkembangnya luasan zona Pusat Tenun Nusantara Thamrin City. Yang semula hanya ada di lantai 1, sekarang sudah merambah ke lantai 2 dan lantai 3” ungkap Adi Adnyana.
Pihak pengelola Thamrin City, lanjut Adi, memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pengrajin tenun ikat dari daerah-daerah untuk memasarkan produknya di Thamrin City.
“Kami siap mendukung dan memberikan kemudahan untuk bisa memasarkan dan mempromosikan produk-produk tenun khas daerah- daerah dari seluruh Nusantara,” tandasnya.
Keuntungan berbisnis tenun ikat di Thamrin City dirasakan oleh Tetty Sinuhadji pemilik toko Njonjah Poenja yang sudah memulai usahanya sejak 5 tahun lalu.
“Awalnya saya hanya punya satu toko kecil dengan modal semangat kerja keras keliling Indonesia mendatangi para pengrajin tenun daerah dan mendalami motif-motif tenun yang sangat kaya di pelosok-pelosok daerah hingga ke daerah NTT yang sangat terkenal kaya dengan motif tenunnya,” urainya di Toko Nyonya di lantai dasar 1 sisi bebelah barat Thamrin City.
Kegemarannya menjelajah daerah –daerah, katanya, membawanya mengelilingi NTT mulai dari Timor, Sumba hingga Flores.
“Luar biasa motif tenunnya sangat indah dan memiliki makna kebudayaan tenun yang sangat tinggi, dan kain-kain tenunnya bisa didapatkan di toko kami saat ini, kami lebih mengekspose motif,” paparnya.
Diakuinya saat ini berkat kerja kerasnya, dia sudah memiliki 8 toko di Thamrin City dengan omset sekitar Rp 4 miliar per bulan.
“Kerja keras tiada henti menjual kain tenun, kini sudah makin banyak pelanggan dan pembeli yang datang ke toko kami,” katanya.
Keuntungan berusaha Tenun Ikat di Thamrin City juga dirasakan Abdul Somad yang khusus menjual tenun ikat produksi ATBM Troso, Jepara sejak 7 tahun lalu.
“Boleh dibilang kami perintis berdagang kain tenun ikat di Thamrin City, ketika suasana masih sepi dan hanya ada beberapa pedagang yang buka toko disini,” ujar Abdul Somad.