Bertepatan dengan International Day of Women and Girls in Science 2018 tanggal 9 Februari 2018 lalu, Mastercard menyampaikan temuan terbaru dari edisi ketiga penelitian Mastercard STEM, yang membahas lebih jauh mengenai faktor yang mendorong atau menghalangi anak perempuan dalam mengejar karir di bidang Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM).
Hasil penemuan ini dikeluarkan bertepatan dengan program Mastercard Girls4TechTM ketiga di Singapura yang diadakan pada 9 dan 10 Februari 2018. Program yang diadakan melalui kerja sama dengan Singapore Committee for UN Women ini berharap dapat menjangkau lebih dari 7.000 anak perempuan di Singapura, melalui kegiatan edukasi di bidang konvergensi digital, pengkodean, teknik, kriptologi, dan pembangunan kawasan perkotaan (urban development) selama tahun 2018.
Kegiatan ini akan melengkapi programGirls2Pioneers milik UN Women, yang menyediakan karyawisata dan sesi-sesi pengajaran yang berkaitan dengan bidang STEM untuk para perempuan pelajardi Singapura.
Melalui acara Girls4TechTM ini, Mastercard dan Singapore Committee for UN Women akan menjangkau 300 anak.
Pada sesi yang berlangsung selama dua hari di Nanyang Girls High School ini, karyawan Mastercard akan membimbing para peserta menggunakan kurikulum berbasis pengalaman di bidang STEM, dimana mereka dapat mengaplikasikan keahlian khusus mereka, serta menerapkan konsep matematika dan ilmu pengetahuan yang telah mereka pelajari di sekolah, agar dapat menjawab berbagai tantangan di kehidupan nyata.
Trina Liang-Lin, President, Singapore Committee for UN Women, mengatakan, “Kami melihat peningkatan jumlah perempuan di Singapura yang bergelut di bidang STEM dan kami menyadari bahwa masih terdapat banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyetarakan representasi gender di seluruh industri ini. Dengan membangun minat anak perempuan terhadap bidang STEM sejak dini, kita dapat menginspirasi lebih banyak anak perempuan untuk mengejar bidang STEM. Program-program seperti Girls2Pioneers dan Girls4Tech akan memperlihatkan kepada para peserta tentang bagaimana ilmu pengetahuan memungkinkan mereka dapat memberikan dampak positif kepada dunia, melalui kepemimpinan dan kreativitas mereka. Kami sangat senang dapat bekerja sama dengan mitra seperti Mastercard untuk dapat berkolaborasi untuk membuka jalan bagi talenta-talenta perempuan di bidang STEM.”
Georgette Tan, Senior Vice President, Communications, Asia Pacific, Mastercard, mengatakan “Dengan membantu mendidik calon generasi perempuan yang akan berkarir sebagai ilmuwan, ahli teknologi, dan desainer, kita dapat membantu membangun komunitas yang lebih inklusif serta masa depan yang lebih baik dan lebih cerah. Meskipun hasil temuan Mastercard STEM terbaru kami menunjukkan hasil yang positif, kami melihat bahwa masih ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menarik anak perempuan terjun ke bidang ini. Bahkan, studi ini juga menekankan bahwa setengah responden dengan usia 15 sampai 19 tahun dianggap telah menerima pelajaran di bidang STEM ketika mereka masih kecil, tetapi persepsi mengenai bias gender dan tingkat kesulitan mata pelajaran telah mematahkan semangat mereka untuk mengejar karir di bidang ini, terlepas dari minat dan kemampuan mereka yang justru mengatakan sebaliknya. Solusi masalah ini terletak pada dukungan aktif di segala aspek yang berkaitan dengan jenjang karir perempuan, mulai dari pendidikan hingga kenaikan karir.”
Riset Mastercard STEM dianalisa berdasarkan wawancara yang dilakukan pada bulan November dan Desember 2017 kepada 2.426 anak perempuan berusia 12-25 tahun di enam negara di kawasan Asia Pasifik. Menurut studi ini, passion dan banyaknya kesempatan untuk belajar merupakan faktor-faktor penting yang mempengaruhi perkembangan karir dan mata pelajaran di bidang STEM. Lebih dari itu, sebanyak 66 persen first jobbers perempuan cenderung untuk bertahan di bidang yang terkait dengan STEM dalam karir mereka.
Riset ini juga menemukan bahwa antusiasme terhadap bidang STEM di kalangan anak perempuan timbul sejak usia dini, dengan 68 persen anak perempuan usia 12 hingga 14 tahun menganggap STEM sebagai bidang yang menarik secara keseluruhan. Faktanya, pekerjaan yang berkaitan dengan STEM cenderung menjadi pilihan yang popular di kalangan demografi ini. Tiga dari lima belas karir teratas di bidang STEM adalah dokter (22 persen), guru (20 persen), dan teknik (18 persen).
Akan tetapi, meskipun banyak anak remaja perempuan yang tertarik untuk mengejar pendidikan dan karir di bidang STEM, passion di bidang STEM harus dimulai dan dikembangkan sejak dini. Penelitian ini mengidentifikasi bahwa usia 15 tahun merupakan usia penting dimana anak-anak perempuan akan memutuskan apakah mereka akan mengejar karir di bidang STEM atau tidak, dan generasi anak-anak perempuan yang lebih tua yang mempelajari bidang STEM, cenderung akan menekuni bidang tersebut.
Meskipun 50 persen dari anak perempuan dengan usia 15-19 tahun yang disurvey menyukai bidang pelajaran yang berkaitan dengan STEM selagi mereka masih muda, 51 persen anak perempuan usia 15-16 tahun cenderung mengubah pilihan mereka, sementara hanya 12 persen dari anak yang berusia 17-19 tahun memilih untuk melanjutkan pendidikan dan karir di bidang STEM.
Terlepas dari keseluruhan ketertarikan terhadap bidang STEM, persepsi terhadap karir di bidang STEM masih diwarnai oleh mayoritas responden (usia 12-19 tahun) yang menyatakan bahwa STEM merupakan bidang yang sulit. Meskipun 66 persen responden menganggap bahwa STEM merupakan pelajaran yang menantang, hampir dua di antara lima anak perempuan menganggap bahwa mata pelajaran sains membosankan dan tidak berhubungan dengan karir yang ingin mereka kejar di masa depan (35 persen).
Selain itu, persepsi mengenai bias gender tetap mematahkan semangat anak perempuan untuk memulai karir di bidang STEM. 50 persen anak perempuan remaja mengungkapkan bahwa mereka kurang tertarik untuk mengejar karir di bidang STEM karena kuatnya sentimen akan peran laki-laki yang dominan di bidang tersebut. Sentimen ini juga terlihat dari rekan-rekan mereka yang lebih tua, yang menganggap bahwa secara keseluruhan perempuan tidak terlalu tertarik pada bidang STEM dibandingkan dengan para laki-laki (42 persen).
Untuk mengubah persepsi ini, Mastercard meluncurkan serangkaian aset penelitian komprehensif dan inisiatif-inisiatif di bidang pendidikan yang betujuan untuk memicu dan mempertahankan minat terhadap bidang STEM di kalangan anak-anak perempuan.
Salah satu programnya adalah Girls4Tech, di mana para karyawan Mastercard dilibatkan sebagai role model dan mentor, untuk memperlihatkan berbagai inovasi teknologi pembayaran Mastercard dan mendemonstrasikan pentingnya pelajaran dan karir di bidang STEM melalui berbagai aktivitas dan pelatihan berbasis penemuan (discovery-based exercises) yang menyenangkan. Sejak peluncurannya di tahun 2014, Girls4Tech telah memberikan dampak bagi lebih dari 30.000 anak perempuan di 17 negara, dimana hal ini menjadi bagian dari komitmen global Mastercard untuk dapat menjangkau 200.000 anak perempuan di tahun 2020.
Mastercard juga telah bekerjasama dengan berbagai organisasi dan universitas di seluruh Asia Pasifik untuk memberikan beasiswa dan kesempatan magang bagi anak-anak perempuan, seperti Mastercard Scholarship for Women di Singapore University of Technology and Design (SUTD) dan Mastercard MBA Scholarship for Women di Singapore Management University (SMU).
Temuan utama:
- Ketika ditanyakan mengenai hal yang menarik perhatian anak perempuan untuk mengejar karir di bidang STEM, dukungan orangtua (49 persen) merupakan alasan pertama yang menduduki peringkat teratas.
- Akan tetapi, dukungan akademik yang aktif dan visibilitas kesuksesan merupakan dua kunci untuk mempertahankan passion di bidang STEM. Beasiswa (38 persen), perempuan panutan (role models) di bidang STEM (36 persen), serta dukungan kuat dari sekolah dan institusi (29 persen) merupakan tiga motivator utama untuk mengejar karir di bidang STEM.
- Peluang paparan komersial merupakan kunci untuk mendorong anak perempuan dalam mengejar karir di bidang STEM. First jobbers dalam bidang STEM percaya bahwa kesempatan untuk bersosialisasi atau networking mengenai bantuan karir praktis (45 persen), magang (40 persen) dan bursa kerja atau career fairs (35 persen) akan membantu mereka untuk mempersiapkan diri secara lebih baik dibandingkan kondisi mereka saat ini.
- Akan tetapi, gender tetap menjadi salah satu faktor kunci ketika memilih untuk mengejar karir di bidang STEM. Di antara para first jobbers yang disurvey, 44 persen responden percaya bahwa perempuan mendapatkan kesempatan yang lebih rendah untuk dipromosikan dibandingkan dengan para laki-laki di bidang pekerjaan STEM, sementara 34 persen responden percaya bahwa perempuan cenderung tidak mendapatkan gaji yang setara dengan rekan kerja laki-laki mereka.
- Banyak hal dapat dilakukan untuk menarik generasi perempuan selanjutnya di bidang STEM. Hampir setengah first jobbers (48 persen) menyetujui bahwa harus ada peluang yang setara bagi perempuan untuk terjun ke pekerjaan di bidang STEM, sementara 44 persen first jobbers di bidang STEM meyakini bahwa perlu adanya upaya untuk mengubah persepsi masyarakat terhadap perempuan yang bekerja di bidang ini.